DAKWAH DI ERA DIGITAL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




BAB I[1]
PENDAHULUAN

 

A.          Latar Belakang

Di era modern ini, mengajar agama Islam tidak lagi menjadi otoritas seorang ulama. Di mana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara, orang bisa belajar agama Islam. Masyarakat sekarang ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai sumber satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan ke-agamaan. Masyarakat bisa memanfaatkan televisi, radio, surat kabar, hand-phone, video, CD-Rom, buku, majalah, dan buletin. Bahkan, internet seka-rang ini menjadi media yang begitu mudah dan praktis untuk mengetahuiberbagai persoalan keagamaan, dari masalah-masalah ringan seputar ibadahsampai dengan persoalan yang pelik sekali pun, semua sangat mudah untukdiketahui dan didapatkan. “Mbah Google” seringkali dijadikan sebagaisumber dan rujukan utama dalam memperoleh pengetahuan keagamaan(Basit, 2013).

Berbeda dengan era agraris, peran ulama dan tokoh agama begitu kuat dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pendapat dan sikap mereka ditiru, didengarkan dan dilaksanakan. Masyarakat rela berkorban dan maudatang ke tempat pengajian yang jaraknya jauh sekali pun, hanya karena cintamereka kepada para ulama dan ingin mendapatkan tausiyah yang dapatdijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan yang baik dan benar. Dengankhusyu, tawadhu’, dan memiliki semangat yang tinggi, mereka mendengar-kan apa yang diucapkan oleh ulama secara serius dan berupaya secara mak-simal melaksanakan apa yang telah disampaikannya (Basit, 2013).Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi seperti se-karang harus menuntut da’i memiliki kecakapan dalam mengelola teknologisebagai media dakwahnya. Da’i tidak boleh hanya menunggu “masalahdatang” untuk berdakwah. Ziauddin Sardar menyebut bahwa da’i harus“jemput bola” guna membangun interaksi, komunikasi, dan kelekatan terhadap umat/ mad’unya. Dengan media teknologi, da’i mampu melakukanmasivikasi kajian dan syiar kepada seluruh umat muslim dengan lebihpraktis. Sebagai contoh Ustadz Yusuf Mansur dengan pendekatan dakwah“the miracle of giving”, “rumah tahfidz”, “keajaiban sedekah”, dan baru-baruini mengenalkan bisnis “paytren”. Oleh karena kemampuannya dalammelakukan kebaruan (penggunaan teknologi) dalam pendekatan dakwahnya,maka Ustadz Yusuf Mansur dengan cepat meraih popularitas dan jamaahyang cukup banyak di Indonesia.

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, pada zaman modern ini sebagian besar manusia di negara maju dan sebagaian lainnya bergantung kepada teknologi komunikasi, terutama media komunikasi massa. Tingkat kebu-tuhan terhadap teknologi ini telah demikian menjadi suatu yang menentukan.Baik dalam interaksi antar individu, komunitas, lembaga maupun hanyasekedar mencari hiburan dan alternatif untuk mendapatkan informasi (Yoga,2015).

Masyarakat yang dikenal religius pun akan sangat terbantu, karena ia dapat belajar tentang agamanya melalui media massa, ia dapat menjalankan syiar dan dakwah agama melalui media massa, yang dapat diakses oleh banyak orang dari berbagai tempat di dunia. Termasuk untuk memenuhikebutuhan sehari-harinya, media massa telah menawarkan berbagai macamtawaran dan alternatif yang memungkinkan para pengguna dapat memilihdan memesan sesuatu yang ia inginkan. Media massa telah menjadi faktorpenentu sekaligus penunjang dalam kehidupan manusia, terutama dalam halmemperoleh, mengirim dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak(Yoga, 2015).

 

B.           Rumusan Masalah 

Maksud dari penulisan ini adalah untuk memperoleh data mengenai peluang dan tantangan berdakwah di era digital. Dimana saat ini era digital berkembangan sangat pesat, pemanfaatannya pula dapat menghindarkan para pendakwah dari kegagalan informasi. Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1.    mengetahui peluang dan tantangan dakwah di era digital.

2.  memberi solusi menghadapi tantangan dakwah di era digital.

 


 


BAB II[2]
PEMBAHASAN

 

A.          Bingkai Dakwah

Dewasa ini, setidaknya tantangan dakwah Islam tersebut  berkaitan dengan akses globalisasi dan kenyataan pluralitas agama. Kemajuan pesat iptek telah mentrasformasikan peradaban manusia dari kultur pertanian ke industri kemudian ke abad informasi dan komunikasi. Kosa kata dan sekaligus senjata yang begitu signifikan dan determinan diera globalisasi saat ini adalah kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi terus merambah keseluruh penjuru dunia. Sehingga realitas dunia sekarang dengan segala kemajemukan kesenjangan dan ironinya telah menjadi sekat-sekat sosio-kultural bangsa dan mengaburkan batas-batas geografis negara

Berbagai masalah yang timbul karena pengaruh era teknologi dan informasi, di antaranya: Pertama, budaya dan gaya hidup serba seragam dengan tanpa mempertimbangkan urgensinya, seperti pada menu makan, mode pakaian dan kesenangan hiburan. Kedua, inflitrasi budaya dan tata nilai nilai asing yang lebih intens dan masif yang banyak bergantung pada identitas kepribadian bangsa dan moral agama, seperti melalui televisi dan film. Ketiga, dengan mengutip Mike Featherstone, adalah merebaknya konsumtivisme yang menggiring umat manusia kepada pemiskinan spiritual dan filsafat hidup hedonistik.

B.           Peluang Berdakwah di Era Digital

Seiring dengan kemajuan teknologi, sehingga cara berdakwah pun sekarang mengalami perkembangan. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana tdak hanya sebatas diatas mimbar, di masjid-masjid atau mushala tetapi mulai memanfaatkan kemajuan media teknologi . Hal ini dilakukan agar dakwah lebih meluas dan agar dakwah bisa dilakukan lebih efektif. Dakwah bisa dilakukan melalui media massa dan diterima oleh orang banyak. Karena sifatnya massal maka penerima pesan dakwah tidak hanya dikalangan tertentu saja. Kalangan yang dijangkau bisa luas begitu pula dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kini berdakwah mempunyai tantangan sendiri.

Media komunikasi dalam berdakwah pun terbagi menjadi dua yaitu, memanfaatkan jalur cetak. Selain itu ada pula yang bersifat elektronik, yang merupakan implikasi dari kemajuan media teknologi. Media komunikasi cetak misalnya surat kabar, majalah, selembaran dan lain sebagainya. Sedangkan media komunikasi elektronik misalnya pesawat televisi, dan yang paling mutakhir adalah internet. Dakwah Islam sebagai konsep maupun sebagai aktifitas telah memasuki seluruh wilayah dan ruang lingkup kehidupan manusia, sehingga seluruh aspek kehidupan tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang dakwah itu sendiri. Sejalan dengan pengertian dakwah sebagai nila-nilai Islam kedalam semua aspek kehidupan manusia.

C.          Tantangan Problematika Dakwah

Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita mengenal dalam bentuk klasik, bisa pada penolakan, cibiran, ataupun teror bahkan samapi pada fitnah. Banyak  para da’I mampu mengatasi tantangan atau rintangan tersebut dengan baik baik karena niatnya memang telah kuat sebagai pejuang. Meski demikian, ada pula yang tidak mampu untuk mengatasinya sehingga tersingkir dari kancah dakwah.

Jalan dakwah bukan rentang yang pendek dan bebas hambatan, bahkan jalan dakwah sebenarnya penuh dengan kesulitan, amat banyak kendala dengan jarak tak terkira jauhnya. Tabiat ini perlu diketahui dan dikenali setiap aktivitas dakwah, agar para juru dakwah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi diperjalanan sehingga revolusi informasi dan komunikasi di jalan dakwah bisa kita atasi. Allah swt. Telah memberikan rambu-rambu kepada kita tentang hal ini:

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabut: 2-3).

Ujian tersebut sesunggunya diperlukan oleh orang-orang mukmin justru untuk meningkatkan kapasitasnya. Adanya ujiandan kendala-kendala riil ditengah kehidupan ini akan terbukti siapa saja yang yang benar pengakuannya dan siapa pula yang dusta. Problematika yang dihadapi para aktivitas dakwah di medan dakwah terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Disini akan kami diungkapkan beberapa hal yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan kendala yang bersifat internal, yaitu gejolak kejiwaan, ketidak seimbangan aktivitas, latar belakang dan masa lalu, penyesuaian diri.

Belajar dari hal tersebut, para aktivis dakwah harus mampu menyesuaikan dan mengelola kendala internal dalam dirinya terlebih dahulu, agar bisa optimal menunaikan amanah dakwah. Ada beberapa hal dalam problematika internal aktivis dakwah :

1.    Gejolak Kejiwaan

Para aktivis dakwah adalah manusia biasa yang lengkap seluruh unsur kemanusiaannya. Wajar jika meeka memiliki permasalahan kejiwaan. Mereka bisa merasakan sedih, senang, kecewa, dan bangga. Bahkan terkadang bingung, cemas, gelisah, marah namun ada saat tenang dan gembira. Di dalam diri manusia terdapat ada banyak potensi yang mengarahkan kepada kebaikan manusia, namun ada juga yang mengara pada potensi yang membawanya kepada keburukan, dengan demikian tergantung dari masing-masing manusia dalam mengalokasikan potensi tersebut.

Sebagai manusia biasa, setiap aktivitas dakwah memiliki peluang untuk mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Jika tidak dikelola secara tepat maka gejolak ini bisa bedampak negative dlam kegiatan dakwahnya bahkan dalam kondisi tertentu bisa menghancurkan citra aktivitas dan dakwah itu sendiri.

 

 

2.    Gejolak Syahwat

Menurut Cahyadi banyak potensi dalam setiap jiwa manusia bisa menyeretnya ke jalan kefasikan, misalnya masalah syahwat. Sebenarnya syahwat ini merupakan potensi fitrah yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia, namun ternyata banya manusia yang terpeleset ke dalam jurang kehinaan dan kemaksiatan karena menuruti atau memperturutkan keinginan syahwatnya (Cahyadi, 2010:3)

Bukan hanya manusia, bahkan para pengemban aktivis dakwah juga memiliki peluang terjebak dalam gejolak syahwat. Allah SWT syahwat sebagai sebuah kenyataan naluriyah, setiap manusia memilikinya :

Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali-Imran, 14).

Gejolak kejiwaan dalam hal syahwat ini muncul dengan sendirinya tanpa mengenal batas usia, meskipun akan tampak lebih kuat terjadi pada usia muda. Oleh karena itu bagi aktivis dakwah atau juru dakwah, gejolak ini harus ditanggapi dengan serius, sebab apabila dibiarkan akan dapat menimbulkan kecendrungan yang bisa menjerumuskan

3.    Gejolak Amanah

Kadang gejolak jiwa disisi yang lain muncul ketika menangani kasus-kasus medan dakwah. Permasalahan dakwah sering memancing munculnya gejolak kemarahan dalam jiwa para aktivis dakwah, yang jika tak terkendali akan memunculkan letupan, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Pada kondisi seperti ini perasaan yang lebih dominan, pertimbangan akal sehat bahkan perhitungan manhaj dakwah menjadi terabaikan. Tentu saja hal ini merupakan peluang bagi munculnya penyimpangan manhajiyyah dalam gerak dakwah, sekaligus membuka celah tak menguntungkan bagi kondisi juru dakwah itu sendiri.

Kadang-kadang gejolak kejiwaan yang muncul pada diri juru dakwah dalam melihat suatu keadaan, baik di medan dakwah maupun pad penataan gerak dakwah itu, membuka peluang kearah terjadinya fitnah dikalangan muslim sendiri. Apabila gejolak ini tidak segera diselesaikan, bisa menimbulkan kereawanan hubungan yang membahayakan gerakan dakwah itu sendiri. Di sini tampak peranan penting seorang juru dakwah dalam menyelesaikan gejolak tersebut. Satu sisi akan memberikan peringatan, bahkan bisa jadi berupa hukuman kepada person yang melanggar. Sementara di sisi lain mampu menyelesaikan urusan akibat gejolak yang muncul.

4.    Gejolak Hiroisme

Kadang di jumpai sebuah semangat yang sangat heroik di medan perjuangan, apabila tatkala berada dalam peperangan menghadapi musuh. Semangat kuat yang muncul dari sikap heroisme para petarung adalah mengalahkan dan menahlukan musuh. Pada titik tertentu bahkan itu menjadi semacam obsesi kepahlawanan. Namun jika gejolak ini tidak diletakkan secara tepat bisa pula berdampak negatif.

5.    Gejolak Kecemburuan

Kita ingat kisah pembagian harta rampasan pada perang Hunain. Sesuai perang Hunain Rasulullah membagi-bagikan harta rampasan kepada yang berhak secara adail dan bijaksana. Namun Abu Sufyan bin Harb, tokoh penentang islam sejak awal dakwah di Makkah telah mendapat bagian 100 ekor unta dan 40 uqiyah perak. Demikian pula Yazid dan Mu’awiyah, dua orang anak Sbu Sufyan mendapat bagian yang sama dengan bapaknya. Kepada tokoh-tokoh yang Quraisy yang lain beliau memberikan bagian 100 ekor unta. Ada pula yang mendapat bagian lebih sedikit dari itu, sehingga seluruh harta rampasan habis dibagi-bagikan.

Melihat pembagian itu, muncullah gejolak kemburuan sampaisampai sahabat anshar berkata, “ mudah-mudahan Allah memberikan ampunan kepada Rasul-Nya karena beliau sudah membagi-bagikan dan member kepada orang Quraisy dan tak memberi kepada kami, padahal pedang-pedang kami yang meneteskan darah-darah mereka. Sebenarnya sikap yang di tunjukkan oleh sahabat anshar dalam pembagian harta rampasan atau ghanimah itu sebenarnya lebih disebabkan karena perasaan takut kehilangan perhatian Rasulullah, bukan sekadar karena tak mendapatkan bagian. Namun akhirnya mereka sadar bahwa cara pembagian Rasulullah atau lebih berdasar karena strategi dakwah beliau menghadapi orang-orang yang baru masuk islam atau melunakkan

hati mereka yang dulu amat keras menghambat gerak dakwah islam.

(Cahyadi, 2010:2)

 

D.          Solusi Menghadapi Tantangan Dakwah di Era Digital

Agama bagi manusia adalah sebagai pegangan dan petunjuk kehidupan, Islam sebagai agama adalah sejak diwahyukannya kepada Nabi Muhammad SAW sampai berakhirnya kemanusiaan nanti. Ajaran Islam menunjukkan integrasi positif berupa keseimbangan-keseimbangan yang diperlukan dalam kehidupan. Tidak terwujudnya kseimbangan akan mengakibatkan kepincangan-kepincangan, misalnya sangat mementingkan materi sementara urusan spiritual terabaikan atau sebaliknya. Karena itu manusia yang dikehendaki ajaran ini adalah manusia seutuhnya bukan sepotongpotong atau setengah-setengah, “fi addunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah”.5

Agama telah memberikan garis tegas mengenai tiadanya penindasan antar umat beragama, diantara manusia. Tiada perbedaan warna kulit dan jenis kelamin. Musyawarah adalah inti dari ajaran Islam demi menyelamatkan umat manusia agar tidak terjadi konflik diantara kita sebagai hamba Allah. Agama memberikan perlindungan dan tuntunan perlindungan terhadap manusia diantaranya adalah badan, akal pikiran, harta, keturunan dan lingkungan hidup yang baik aman & tentram. Tampaknya ajaran Islam yang telah dikemukakan melalui al-Qur’an dan as-Sunah tersebut masih merupakan ajaran ideal bagi masyarakat saat ini terutama masyarakat yang sudah mengalami perkembangan teknologi dan komunikasi.

Yang terpenting disini adalah bagaimana problematika tersebut dapat segera diatasi dan dicari solusi jalan keluarnya sehingga kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik. Maka dalam rangka memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan dakwah seorang da’i atau mubaligh harus memperbanyak aktifitas atau kegiatan dakwah serta terus berlatih. Semakin rajin dan banyak latihan serta mengambil contoh dari da’i atau mubaligh yang sudah ahli maka seorang da’i semakin mengetahui kekurangan dan kelemahan untuk selanjutnya dapat memperbaiki kekurangannya sehingga dakwahnya berhasil. Pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan dakwah sering dijumpai adanya kekurangan, kesalahan maupun kejanggalan dalam komponen-komponen dakwah, seperti materi yang tidak sesuai, da’i yang kurang menguasai media dakwah, terbatasnya dana dan sebagainya. Namun semua itu bukanlah menjadi penghalang untuk berdakwah, karena pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna, hanya Allah yang paling sempurna.

Di era globalisasi dan informasi ini perubahan masyarakat lebih cepat jika dibandingkan dengan pemecahan dakwah. Manusia sekarang ini tengah disibukkan oleh kebutuhan yang semakin kompetitif, bersaing dengan aneka ragam tantangan bahkan berkorban raga serta jiwanya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahan manusia untuk mengikuti kepentingan diri sendiri tanpa menghiraukan kepentingan orang lain bahkan tidak mustahil sering menimbulkan benturan antar sesama manusia. Banyak manusia yang mengalami krisis moral, dengan meninggalkan ibadah serta amal shaleh lainnya.

Oleh karena itu setiap kader dakwah harus selalu sadar dan waspada terhadap perkembangan masyarakat dewasa ini sehingga masyarakat lebih sensitif atau peka terhadap lingkungan sekitar. Yang lebih penting lagi untuk memperhatikan adalah para generasi muda yang masih pengangguran, padahal mereka semua sebenarnya adalah masyarakat yang menjadi dambaan yang tentunya sudah terpelajar. Apabila kita kaji lebih dalam lagi dari sisi fungsi media di era global ini yang antara lain dapat kita sebut media sebagai sarana informasi, baik lewat pendidikan formal maupun informal, religious cultural, maka disamping manfaat yang merupakan efek positif dari media massa yang sudah mengglobal juga terdapat efek negatif yang diyakini jauh lebih besar dan lebih membahayakan. Efek negatif dari semua itu yang telah mendunia inilah yang merupakan “tantangan berat bagi dakwah saat ini” terkhusus ketika dihadapkan pada realita global informasi. Banyak bukti yang menggambarkan profil masyarakat era globalisasi telah menunjukkan adanya efek negatif yang sarat dengan pesan-pesan budaya non Islami sehingga menyebabkan pengikisan iman sebagian besar umat Islam di negara kita Indonesia.

Kegiatan keberagamaan generasi muda yang menjadi tumpuhan harapan bangsa dan negara serta agama seringkali terbentur untuk tidak melaksanakan bahkan mengabaikan shalat, sementara kehidupan di luar telah membudaya pergaulan bebas, mabuk-mabukan, maraknya perjudian, perkosaan, penganiayaan, pembunuhan dan sebagainya. Mampukah umat Islam terlebih seorang da’i untuk memikul beban seberat ini? Ini adalah sebagian gambaran problematika tantangan dakwah saat ini khususnya di era teknologi dan komunikasi yang mau tidak mau harus kita hadapi dan merupakan tanggung jawab untuk umat Islam ke depan.


BAB III
PENUTUP

 

A.          Kesimpulan

Tantangan dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita hanya mengenal dalam bentuk klasik; penolakan, cibiran, cacian, bahkan teror. Banyak para da’i mampu mengatasi dengan baik karena didukung oleh niat yang kuat sebagai seorang pejuang. Meski demikian ada pula yang tidak mampu mengatasi hingga tersingkir dari medan dakwah. Kini ada tantangan baru dalam berdakwah, ketika kehidupan era digital berkembang begitu pesatnya, melampaui harapan masyarakatnya maka banyak hal yang tidak diprediksikan sebelumnya menjadi kenyataan.

Tantangan dakwah dalam bentuk ini menjawab tuntutan zaman diera modern, khususnya di era teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mengglobal seakan dunia berada dalam sebuah genggaman kita. Maka Fasilitas internet merupakan yang terlengkap dan terefisien, dimana segala bentuk dan macam informasi dapat diakses dengan mudah dan murah termasuk dalam hal ini adalah dakwah di era teknologi didukung dengan semakin menjamurnya warung internet yang memasang tarif murah, kemana dan dengan siapapun. Sekarang kita bisa lakukan dakwah dengan mengunakan fasilitas digital bisa melalui radio, televisi, telpon seluler, media internet, facebook, atau twiter/IG. Dakwah bisa dilakukan melalui media massa dan diterima oleh orang banyak. Karena sifatnya massal maka penerima pesan dakwah tidak hanya dikalangan tertentu saja. Kalangan yang dijangkau bisa luas begitu pula dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kini berdakwah mempunyai tantangan sendiri. Namun, kemajuan teknologi dan informasi, khususnya media televisi, memungkinkan seorang da’i untuk berimprofisasi yang diselingan humor dan hal-hal lain, agar materi ceramahnya tetap menarik untuk disimak serta tidak membuat jenuh bagi mad’u (jama’ah). Kegiatan dakwah akan dapat berjalan secara efektif dan efisien harus menggunakan cara-cara yang strategis dan tepat dalam menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT. Salah satu aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan prasarana dalam hal ini adalah media dakwah, karena dakwah merupakan kegiatan yang bersifat universal yang menjangkau semua segi kehidupan manusia, maka dalam penyampaiannya pun harus dapat menyentuh semua lapisan masyarakat.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Abdullah, Muhammad Qadaruddin. 2018. Cetak Biru Mahir Berdakwah: Mengubah Dakwah Biasa adi Wah!, Makassar : CV Kaffah Learning Center.

Abdullah, Muhammad Qadaruddin. 2019. Pengantar Ilmu Dakwah. CV. Penerbit Qiara Media.

Taufik, M. T. (2013). Dakwah Era Digital. Kuningan: Pustaka Al-Ikhlas.

Yoga, S. S. (2015). Dakwah di Internet: Konsep Ideal, Kondisi Objektif,dan Prospeknya. Jurnal Al Bayan.Yoga, S. S. (2015). Dakwah di Internet: Konsep Ideal, Kondisi Objektif,dan Prospeknya. Jurnal Al Bayan.



[2] TANTANGAN DAKWAH

 DI ERA TEKNOLOGI DAN INFORMASI

(Formulasi Karakteristik, Popularitas dan Materi di Jalan Dakwah)

Oleh : Nur Ahmad