DAFTAR ISI
B. Peluang
Berdakwah di Era Digital
C. Tantangan
Problematika Dakwah
D. Solusi
Menghadapi Tantangan Dakwah di Era Digital
A.
Latar Belakang
Di era modern
ini, mengajar agama Islam tidak lagi menjadi otoritas seorang ulama. Di mana
saja, kapan saja dan dengan berbagai cara, orang bisa belajar agama Islam.
Masyarakat sekarang ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai sumber
satu-satunya untuk mendapatkan pengetahuan ke-agamaan. Masyarakat bisa memanfaatkan
televisi, radio, surat kabar, hand-phone, video, CD-Rom, buku, majalah, dan
buletin. Bahkan, internet seka-rang ini menjadi media yang begitu mudah dan
praktis untuk mengetahuiberbagai persoalan keagamaan, dari masalah-masalah
ringan seputar ibadahsampai dengan persoalan yang pelik sekali pun, semua
sangat mudah untukdiketahui dan didapatkan. “Mbah Google” seringkali dijadikan
sebagaisumber dan rujukan utama dalam memperoleh pengetahuan keagamaan(Basit,
2013).
Berbeda dengan
era agraris, peran ulama dan tokoh agama begitu kuat dalam mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Pendapat dan sikap mereka ditiru, didengarkan dan
dilaksanakan. Masyarakat rela berkorban dan maudatang ke tempat pengajian yang
jaraknya jauh sekali pun, hanya karena cintamereka kepada para ulama dan ingin
mendapatkan tausiyah yang dapatdijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan yang
baik dan benar. Dengankhusyu, tawadhu’, dan memiliki semangat yang tinggi,
mereka mendengar-kan apa yang diucapkan oleh ulama secara serius dan berupaya
secara mak-simal melaksanakan apa yang telah disampaikannya (Basit, 2013).Era
globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi seperti se-karang harus
menuntut da’i memiliki kecakapan dalam mengelola teknologisebagai media
dakwahnya. Da’i tidak boleh hanya menunggu “masalahdatang” untuk berdakwah.
Ziauddin Sardar menyebut bahwa da’i harus“jemput bola” guna membangun
interaksi, komunikasi, dan kelekatan terhadap umat/ mad’unya. Dengan media
teknologi, da’i mampu melakukanmasivikasi kajian dan syiar kepada seluruh umat
muslim dengan lebihpraktis. Sebagai contoh Ustadz Yusuf Mansur dengan
pendekatan dakwah“the miracle of giving”, “rumah tahfidz”, “keajaiban sedekah”,
dan baru-baruini mengenalkan bisnis “paytren”. Oleh karena kemampuannya
dalammelakukan kebaruan (penggunaan teknologi) dalam pendekatan dakwahnya,maka
Ustadz Yusuf Mansur dengan cepat meraih popularitas dan jamaahyang cukup banyak
di Indonesia.
Sudah tidak
dapat dipungkiri lagi, pada zaman modern ini sebagian besar manusia di negara
maju dan sebagaian lainnya bergantung kepada teknologi komunikasi, terutama
media komunikasi massa. Tingkat kebu-tuhan terhadap teknologi ini telah
demikian menjadi suatu yang menentukan.Baik dalam interaksi antar individu,
komunitas, lembaga maupun hanyasekedar mencari hiburan dan alternatif untuk
mendapatkan informasi (Yoga,2015).
Masyarakat yang
dikenal religius pun akan sangat terbantu, karena ia dapat belajar tentang
agamanya melalui media massa, ia dapat menjalankan syiar dan dakwah agama
melalui media massa, yang dapat diakses oleh banyak orang dari berbagai tempat
di dunia. Termasuk untuk memenuhikebutuhan sehari-harinya, media massa telah
menawarkan berbagai macamtawaran dan alternatif yang memungkinkan para pengguna
dapat memilihdan memesan sesuatu yang ia inginkan. Media massa telah menjadi
faktorpenentu sekaligus penunjang dalam kehidupan manusia, terutama dalam
halmemperoleh, mengirim dan menyebarluaskan informasi kepada khalayak(Yoga,
2015).
B.
Rumusan Masalah
Maksud dari
penulisan ini adalah untuk memperoleh data mengenai peluang dan tantangan
berdakwah di era digital. Dimana saat ini era digital berkembangan sangat
pesat, pemanfaatannya pula dapat menghindarkan para pendakwah dari kegagalan
informasi. Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.
mengetahui peluang dan
tantangan dakwah di era digital.
2. memberi solusi menghadapi tantangan dakwah di
era digital.
A.
Bingkai Dakwah
Dewasa ini,
setidaknya tantangan dakwah Islam tersebut
berkaitan dengan akses globalisasi dan kenyataan pluralitas agama.
Kemajuan pesat iptek telah mentrasformasikan peradaban manusia dari kultur
pertanian ke industri kemudian ke abad informasi dan komunikasi. Kosa kata dan
sekaligus senjata yang begitu signifikan dan determinan diera globalisasi saat
ini adalah kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi
terus merambah keseluruh penjuru dunia. Sehingga realitas dunia sekarang dengan
segala kemajemukan kesenjangan dan ironinya telah menjadi sekat-sekat
sosio-kultural bangsa dan mengaburkan batas-batas geografis negara
Berbagai
masalah yang timbul karena pengaruh era teknologi dan informasi, di antaranya: Pertama, budaya dan gaya hidup serba
seragam dengan tanpa mempertimbangkan urgensinya, seperti pada menu makan, mode
pakaian dan kesenangan hiburan. Kedua, inflitrasi
budaya dan tata nilai nilai asing yang lebih intens dan masif yang banyak
bergantung pada identitas kepribadian bangsa dan moral agama, seperti melalui
televisi dan film. Ketiga, dengan
mengutip Mike Featherstone, adalah merebaknya konsumtivisme yang menggiring
umat manusia kepada pemiskinan spiritual dan filsafat hidup hedonistik.
B.
Peluang Berdakwah di Era Digital
Seiring dengan
kemajuan teknologi, sehingga cara berdakwah pun sekarang mengalami
perkembangan. Dakwah tidak lagi dilakukan secara sederhana tdak hanya sebatas
diatas mimbar, di masjid-masjid atau mushala tetapi mulai memanfaatkan kemajuan
media teknologi . Hal ini dilakukan agar dakwah lebih meluas dan agar dakwah
bisa dilakukan lebih efektif. Dakwah bisa dilakukan melalui media massa dan
diterima oleh orang banyak. Karena sifatnya massal maka penerima pesan dakwah
tidak hanya dikalangan tertentu saja. Kalangan yang dijangkau bisa luas begitu
pula dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kini berdakwah mempunyai
tantangan sendiri.
Media
komunikasi dalam berdakwah pun terbagi menjadi dua yaitu, memanfaatkan jalur
cetak. Selain itu ada pula yang bersifat elektronik, yang merupakan implikasi
dari kemajuan media teknologi. Media komunikasi cetak misalnya surat kabar,
majalah, selembaran dan lain sebagainya. Sedangkan media komunikasi elektronik
misalnya pesawat televisi, dan yang paling mutakhir adalah internet. Dakwah
Islam sebagai konsep maupun sebagai aktifitas telah memasuki seluruh wilayah
dan ruang lingkup kehidupan manusia, sehingga seluruh aspek kehidupan tidak
dapat dilepaskan dari sudut pandang dakwah itu sendiri. Sejalan dengan
pengertian dakwah sebagai nila-nilai Islam kedalam semua aspek kehidupan
manusia.
C.
Tantangan Problematika Dakwah
Tantangan
dakwah beraneka ragam bentuknya, selama ini kita mengenal dalam bentuk klasik,
bisa pada penolakan, cibiran, ataupun teror bahkan samapi pada fitnah.
Banyak para da’I mampu mengatasi
tantangan atau rintangan tersebut dengan baik baik karena niatnya memang telah
kuat sebagai pejuang. Meski demikian, ada pula yang tidak mampu untuk mengatasinya
sehingga tersingkir dari kancah dakwah.
Jalan dakwah
bukan rentang yang pendek dan bebas hambatan, bahkan jalan dakwah sebenarnya
penuh dengan kesulitan, amat banyak kendala dengan jarak tak terkira jauhnya.
Tabiat ini perlu diketahui dan dikenali setiap aktivitas dakwah, agar para juru
dakwah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi diperjalanan
sehingga revolusi informasi dan komunikasi di jalan dakwah bisa kita atasi.
Allah swt. Telah memberikan rambu-rambu kepada kita tentang hal ini:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (al-Ankabut:
2-3).
Ujian tersebut
sesunggunya diperlukan oleh orang-orang mukmin justru untuk meningkatkan
kapasitasnya. Adanya ujiandan kendala-kendala riil ditengah kehidupan ini akan
terbukti siapa saja yang yang benar pengakuannya dan siapa pula yang dusta.
Problematika yang dihadapi para aktivitas dakwah di medan dakwah terlalu banyak
untuk disebutkan satu persatu. Disini akan kami diungkapkan beberapa hal yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan kendala yang bersifat
internal, yaitu gejolak kejiwaan, ketidak seimbangan aktivitas, latar belakang
dan masa lalu, penyesuaian diri.
Belajar dari
hal tersebut, para aktivis dakwah harus mampu menyesuaikan dan mengelola
kendala internal dalam dirinya terlebih dahulu, agar bisa optimal menunaikan
amanah dakwah. Ada beberapa hal dalam problematika internal aktivis dakwah :
1.
Gejolak Kejiwaan
Para aktivis dakwah adalah manusia
biasa yang lengkap seluruh unsur kemanusiaannya. Wajar jika meeka memiliki
permasalahan kejiwaan. Mereka bisa merasakan sedih, senang, kecewa, dan bangga.
Bahkan terkadang bingung, cemas, gelisah, marah namun ada saat tenang dan
gembira. Di dalam diri manusia terdapat ada banyak potensi yang mengarahkan
kepada kebaikan manusia, namun ada juga yang mengara pada potensi yang
membawanya kepada keburukan, dengan demikian tergantung dari masing-masing
manusia dalam mengalokasikan potensi tersebut.
Sebagai manusia biasa, setiap
aktivitas dakwah memiliki peluang untuk mengalami berbagai gejolak dalam
dirinya. Jika tidak dikelola secara tepat maka gejolak ini bisa bedampak
negative dlam kegiatan dakwahnya bahkan dalam kondisi tertentu bisa
menghancurkan citra aktivitas dan dakwah itu sendiri.
2.
Gejolak Syahwat
Menurut Cahyadi banyak potensi dalam
setiap jiwa manusia bisa menyeretnya ke jalan kefasikan, misalnya masalah
syahwat. Sebenarnya syahwat ini merupakan potensi fitrah yang dikaruniakan
Allah SWT kepada manusia, namun ternyata banya manusia yang terpeleset ke dalam
jurang kehinaan dan kemaksiatan karena menuruti atau memperturutkan keinginan
syahwatnya (Cahyadi, 2010:3)
Bukan hanya manusia, bahkan para
pengemban aktivis dakwah juga memiliki peluang terjebak dalam gejolak syahwat.
Allah SWT syahwat sebagai sebuah kenyataan naluriyah, setiap manusia
memilikinya :
Dijadikan terasa
indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa
perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas
dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali-Imran, 14).
Gejolak kejiwaan dalam hal syahwat
ini muncul dengan sendirinya tanpa mengenal batas usia, meskipun akan tampak
lebih kuat terjadi pada usia muda. Oleh karena itu bagi aktivis dakwah atau
juru dakwah, gejolak ini harus ditanggapi dengan serius, sebab apabila dibiarkan
akan dapat menimbulkan kecendrungan yang bisa menjerumuskan
3.
Gejolak Amanah
Kadang gejolak jiwa disisi yang lain
muncul ketika menangani kasus-kasus medan dakwah. Permasalahan dakwah sering
memancing munculnya gejolak kemarahan dalam jiwa para aktivis dakwah, yang jika
tak terkendali akan memunculkan letupan, baik berupa ucapan maupun perbuatan.
Pada kondisi seperti ini perasaan yang lebih dominan, pertimbangan akal sehat
bahkan perhitungan manhaj dakwah menjadi terabaikan. Tentu saja hal ini merupakan
peluang bagi munculnya penyimpangan manhajiyyah dalam gerak dakwah, sekaligus
membuka celah tak menguntungkan bagi kondisi juru dakwah itu sendiri.
Kadang-kadang gejolak kejiwaan yang
muncul pada diri juru dakwah dalam melihat suatu keadaan, baik di medan dakwah
maupun pad penataan gerak dakwah itu, membuka peluang kearah terjadinya fitnah
dikalangan muslim sendiri. Apabila gejolak ini tidak segera diselesaikan, bisa
menimbulkan kereawanan hubungan yang membahayakan gerakan dakwah itu sendiri.
Di sini tampak peranan penting seorang juru dakwah dalam menyelesaikan gejolak
tersebut. Satu sisi akan memberikan peringatan, bahkan bisa jadi berupa hukuman
kepada person yang melanggar. Sementara di sisi lain mampu menyelesaikan urusan
akibat gejolak yang muncul.
4.
Gejolak Hiroisme
Kadang di jumpai sebuah semangat
yang sangat heroik di medan perjuangan, apabila tatkala berada dalam peperangan
menghadapi musuh. Semangat kuat yang muncul dari sikap heroisme para petarung
adalah mengalahkan dan menahlukan musuh. Pada titik tertentu bahkan itu menjadi
semacam obsesi kepahlawanan. Namun jika gejolak ini tidak diletakkan secara
tepat bisa pula berdampak negatif.
5.
Gejolak Kecemburuan
Kita ingat kisah pembagian harta
rampasan pada perang Hunain. Sesuai perang Hunain Rasulullah membagi-bagikan
harta rampasan kepada yang berhak secara adail dan bijaksana. Namun Abu Sufyan
bin Harb, tokoh penentang islam sejak awal dakwah di Makkah telah mendapat
bagian 100 ekor unta dan 40 uqiyah perak. Demikian pula Yazid dan Mu’awiyah, dua
orang anak Sbu Sufyan mendapat bagian yang sama dengan bapaknya. Kepada
tokoh-tokoh yang Quraisy yang lain beliau memberikan bagian 100 ekor unta. Ada
pula yang mendapat bagian lebih sedikit dari itu, sehingga seluruh harta
rampasan habis dibagi-bagikan.
Melihat pembagian itu, muncullah
gejolak kemburuan sampaisampai sahabat anshar berkata, “ mudah-mudahan Allah
memberikan ampunan kepada Rasul-Nya karena beliau sudah membagi-bagikan dan
member kepada orang Quraisy dan tak memberi kepada kami, padahal pedang-pedang
kami yang meneteskan darah-darah mereka. Sebenarnya sikap yang di tunjukkan
oleh sahabat anshar dalam pembagian harta rampasan atau ghanimah itu sebenarnya
lebih disebabkan karena perasaan takut kehilangan perhatian Rasulullah, bukan
sekadar karena tak mendapatkan bagian. Namun akhirnya mereka sadar bahwa cara
pembagian Rasulullah atau lebih berdasar karena strategi dakwah beliau
menghadapi orang-orang yang baru masuk islam atau melunakkan
hati mereka yang dulu amat keras
menghambat gerak dakwah islam.
(Cahyadi, 2010:2)
D.
Solusi Menghadapi Tantangan Dakwah di Era
Digital
Agama bagi
manusia adalah sebagai pegangan dan petunjuk kehidupan, Islam sebagai agama
adalah sejak diwahyukannya kepada Nabi Muhammad SAW sampai berakhirnya
kemanusiaan nanti. Ajaran Islam menunjukkan integrasi positif berupa
keseimbangan-keseimbangan yang diperlukan dalam kehidupan. Tidak terwujudnya
kseimbangan akan mengakibatkan kepincangan-kepincangan, misalnya sangat
mementingkan materi sementara urusan spiritual terabaikan atau sebaliknya.
Karena itu manusia yang dikehendaki ajaran ini adalah manusia seutuhnya bukan
sepotongpotong atau setengah-setengah, “fi addunya hasanah wa fi al-akhirati
hasanah”.5
Agama telah
memberikan garis tegas mengenai tiadanya penindasan antar umat beragama,
diantara manusia. Tiada perbedaan warna kulit dan jenis kelamin. Musyawarah
adalah inti dari ajaran Islam demi menyelamatkan umat manusia agar tidak
terjadi konflik diantara kita sebagai hamba Allah. Agama memberikan
perlindungan dan tuntunan perlindungan terhadap manusia diantaranya adalah
badan, akal pikiran, harta, keturunan dan lingkungan hidup yang baik aman &
tentram. Tampaknya ajaran Islam yang telah dikemukakan melalui al-Qur’an dan
as-Sunah tersebut masih merupakan ajaran ideal bagi masyarakat saat ini
terutama masyarakat yang sudah mengalami perkembangan teknologi dan komunikasi.
Yang terpenting
disini adalah bagaimana problematika tersebut dapat segera diatasi dan dicari
solusi jalan keluarnya sehingga kegiatan dakwah dapat berjalan dengan baik.
Maka dalam rangka memperoleh pengalaman dalam pelaksanaan dakwah seorang da’i
atau mubaligh harus memperbanyak aktifitas atau kegiatan dakwah serta terus
berlatih. Semakin rajin dan banyak latihan serta mengambil contoh dari da’i
atau mubaligh yang sudah ahli maka seorang da’i semakin mengetahui kekurangan
dan kelemahan untuk selanjutnya dapat memperbaiki kekurangannya sehingga
dakwahnya berhasil. Pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaan dakwah sering dijumpai adanya kekurangan, kesalahan maupun
kejanggalan dalam komponen-komponen dakwah, seperti materi yang tidak sesuai,
da’i yang kurang menguasai media dakwah, terbatasnya dana dan sebagainya. Namun
semua itu bukanlah menjadi penghalang untuk berdakwah, karena pada dasarnya manusia
tidak ada yang sempurna, hanya Allah yang paling sempurna.
Di era
globalisasi dan informasi ini perubahan masyarakat lebih cepat jika
dibandingkan dengan pemecahan dakwah. Manusia sekarang ini tengah disibukkan
oleh kebutuhan yang semakin kompetitif, bersaing dengan aneka ragam tantangan
bahkan berkorban raga serta jiwanya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahan manusia untuk
mengikuti kepentingan diri sendiri tanpa menghiraukan kepentingan orang lain
bahkan tidak mustahil sering menimbulkan benturan antar sesama manusia. Banyak
manusia yang mengalami krisis moral, dengan meninggalkan ibadah serta amal
shaleh lainnya.
Oleh karena itu
setiap kader dakwah harus selalu sadar dan waspada terhadap perkembangan
masyarakat dewasa ini sehingga masyarakat lebih sensitif atau peka terhadap
lingkungan sekitar. Yang lebih penting lagi untuk memperhatikan adalah para
generasi muda yang masih pengangguran, padahal mereka semua sebenarnya adalah
masyarakat yang menjadi dambaan yang tentunya sudah terpelajar. Apabila kita
kaji lebih dalam lagi dari sisi fungsi media di era global ini yang antara lain
dapat kita sebut media sebagai sarana informasi, baik lewat pendidikan formal
maupun informal, religious cultural, maka disamping manfaat yang merupakan efek
positif dari media massa yang sudah mengglobal juga terdapat efek negatif yang
diyakini jauh lebih besar dan lebih membahayakan. Efek negatif dari semua itu
yang telah mendunia inilah yang merupakan “tantangan berat bagi dakwah saat
ini” terkhusus ketika dihadapkan pada realita global informasi. Banyak bukti
yang menggambarkan profil masyarakat era globalisasi telah menunjukkan adanya
efek negatif yang sarat dengan pesan-pesan budaya non Islami sehingga menyebabkan
pengikisan iman sebagian besar umat Islam di negara kita Indonesia.
Kegiatan
keberagamaan generasi muda yang menjadi tumpuhan harapan bangsa dan negara
serta agama seringkali terbentur untuk tidak melaksanakan bahkan mengabaikan
shalat, sementara kehidupan di luar telah membudaya pergaulan bebas,
mabuk-mabukan, maraknya perjudian, perkosaan, penganiayaan, pembunuhan dan
sebagainya. Mampukah umat Islam terlebih seorang da’i untuk memikul beban seberat
ini? Ini adalah sebagian gambaran problematika tantangan dakwah saat ini
khususnya di era teknologi dan komunikasi yang mau tidak mau harus kita hadapi
dan merupakan tanggung jawab untuk umat Islam ke depan.
A.
Kesimpulan
Tantangan dakwah
beraneka ragam bentuknya, selama ini kita hanya mengenal dalam bentuk klasik;
penolakan, cibiran, cacian, bahkan teror. Banyak para da’i mampu mengatasi
dengan baik karena didukung oleh niat yang kuat sebagai seorang pejuang. Meski
demikian ada pula yang tidak mampu mengatasi hingga tersingkir dari medan
dakwah. Kini ada tantangan baru dalam berdakwah, ketika kehidupan era digital
berkembang begitu pesatnya, melampaui harapan masyarakatnya maka banyak hal
yang tidak diprediksikan sebelumnya menjadi kenyataan.
Tantangan
dakwah dalam bentuk ini menjawab tuntutan zaman diera modern, khususnya di era
teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mengglobal seakan dunia berada
dalam sebuah genggaman kita. Maka Fasilitas internet merupakan yang terlengkap
dan terefisien, dimana segala bentuk dan macam informasi dapat diakses dengan
mudah dan murah termasuk dalam hal ini adalah dakwah di era teknologi didukung
dengan semakin menjamurnya warung internet yang memasang tarif murah, kemana
dan dengan siapapun. Sekarang kita bisa lakukan dakwah dengan mengunakan
fasilitas digital bisa melalui radio, televisi, telpon seluler, media internet,
facebook, atau twiter/IG. Dakwah bisa dilakukan melalui media massa dan
diterima oleh orang banyak. Karena sifatnya massal maka penerima pesan dakwah
tidak hanya dikalangan tertentu saja. Kalangan yang dijangkau bisa luas begitu
pula dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kini berdakwah mempunyai
tantangan sendiri. Namun, kemajuan teknologi dan informasi, khususnya media televisi,
memungkinkan seorang da’i untuk berimprofisasi yang diselingan humor dan
hal-hal lain, agar materi ceramahnya tetap menarik untuk disimak serta tidak
membuat jenuh bagi mad’u (jama’ah). Kegiatan dakwah akan dapat berjalan secara
efektif dan efisien harus menggunakan cara-cara yang strategis dan tepat dalam
menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT. Salah satu aspek yang bisa ditinjau
adalah dari segi sarana dan prasarana dalam hal ini adalah media dakwah, karena
dakwah merupakan kegiatan yang bersifat universal yang menjangkau semua segi
kehidupan manusia, maka dalam penyampaiannya pun harus dapat menyentuh semua
lapisan masyarakat.
Abdullah, Muhammad Qadaruddin. 2018. Cetak Biru Mahir Berdakwah: Mengubah Dakwah Biasa adi Wah!,
Makassar : CV Kaffah Learning Center.
Abdullah, Muhammad Qadaruddin. 2019. Pengantar Ilmu Dakwah. CV. Penerbit Qiara Media.
Taufik, M. T. (2013). Dakwah
Era Digital. Kuningan: Pustaka Al-Ikhlas.
Yoga, S. S. (2015). Dakwah di
Internet: Konsep Ideal, Kondisi Objektif,dan Prospeknya. Jurnal Al
Bayan.Yoga, S. S. (2015). Dakwah di Internet: Konsep Ideal, Kondisi
Objektif,dan Prospeknya. Jurnal Al Bayan.
[2] TANTANGAN DAKWAH
DI ERA TEKNOLOGI DAN INFORMASI
(Formulasi Karakteristik, Popularitas
dan Materi di Jalan Dakwah)
Oleh : Nur Ahmad
0 Comments