BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
berkomunikasi bahasa merupakan suatu keharusan dan modal yang mampu menunjukkan
identitas diri. Baik dari situasi formal maupun non formal. Bahkan bahasa yang
dianggap sebagai budaya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter.
Seseorang mulai mengenal bahasa sejak di lingkungan keluarga, kemudian
berlanjut ke lingkungan sekolah, dan masyarakat. Ini semua yang disebut
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam
pendidikan anak, karena proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan
tertentu yang berhubungan dengan ruang dan waktu, karena hal tersebut
lingkungan pendidikan harus diciptakan secara efektif dan semenarik mungkin
terlebih mampu memberikan kontribusi lebih terhadap siswa. Proses pendidikan
yang berlangsung diluar sekolah, tentu saja besar pengaruhnya selain di
keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam
proses pembentukan kepribadian seseorang sesuai keberadaannya, lingkungan
masyarakat juga mampu menyediakan pendidikan yang berfungsi sebagai tambahan .
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di
setiap jenjang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik
sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi
dengan masyarakat. kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan karakter itu sendiri
merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Dalam pendidikan karakter
di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko- kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
pada setiap mata pelajaran perlu
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pengaruh bahasa indonesia dalam pendidikan karakter?
2. Bagaimana
kaitan bahasa dalam pendidikan karakter?
3. Bagaimana
menanamkan pendidikan karakter
4. Bagaimana
peran bahasa indonesia terhadap pendidikan karakter di lingkungan sekolah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu untuk memberi informasi kepada
masyarakat pentingnya pendidikan karakter dalam membangun jati diri dan
kepribadian anak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bahasa dan Bahasa Indonesia
Bahasa menurut kamus
besar bahasa indonesia adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan
oleh semua orang atau anggota masyarakat utuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku, dan
sopan santun yang baik. bahasa juga dapat diartikan sebagai simbol atau lambang
yang dihasilkan oleh ujaran manusia dalam rangka menjalankan fungsi bahasa.
sedangkan bahasa indonesia merupakan bahasa melayu yang dijadikan sebagai
bahasa resmi republik indonesia dan bahasa persatuan bangsa indonesia. Menurut
Nababan bahwa bahasa itu seperti orang bernafas yang tidak pernah dipikirkan.
manusia menggunakan bahasa tatkala manusia dalam kondisi sadar maupun saat
tertidur, ini menunjukan bahawa bahasa memegang peran luar biasa dalam alur
kehidupan manusia baik sebagai personal, anggota masyarakat, maupun sebagai
makhluk Tuhan. tidak dapat dibayangkan jika dunia tanpa bahasa pasti akan
terasa hampa. maka dari itu bahasa mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut :
1. Sebagai
alat komunikasi
2. Sebagai
alat mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri
3. Sebagai
alat kontrol sosial
4. Sebagai
alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
5. Mewujudkan
seni
B.
Pengertian
Pendidikan Karakter
Karakter beasal dari
bahasa yunani “kasairo” yang arinya cetak biru atau format dasar. bedasarkan
asal katanya karakter dianggap sebagai sekumpulan kondisi yang dimiliki oleh
seseorang. karakter menurut kamus besar bahasa indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. istilah
karakter erat kaitannya dengan “personality”. pendidikan karakter juga dapat
diartikan sebagai bentuk kegiatan manusia yang didalamnya terdapat suatu
tindakan yang mendidik untuk membentuk penyempurnaan individu secara
terus-menerus dan melatih kemampuan diri untuk kehidupan yang lebih baik.
Menurut John W. Santrock,
pendidikan karakter merupakan pendidikan dengan pendekatan langsung pada
peserta didik dengan tujuan menanamkan nilai moral sehingga dapat mencegah
perilaku yang dilarang.
Pendidikan karakter
berhubungan erat dengan psikis individu. Dengan pendidikan karakter, dapat
diajarkan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan, contohnya kejujuran,
kepedulian, tanggung jawab, hingga keimanan.
Pendidikan karakter dalam
jenjang pendidikan dasar lebih besar porsinya dibandingkan jenjang pendidikan
yang mengajarkan pengetahuan. Tepatnya, 70% untuk sekolah dasar dan 60% untuk
sekolah menengah pertama.
Religius
Karakter pertama yang berhubungan
dengan iman kepada Tuhan yang Maha Esa ini diwujudkan dalam pelaksanaan ajaran
agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung
tinggi toleransi terhadap pelaksanaan ajaran agama dan kepercayaan yang
berbeda, juga hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Jika kamu memiliki sikap
anti perundungan, mencintai kedamaian, melindungi yang tersisih, menghargai
perbedaan agama dan kepercayaan, membuka diri pada persahabatan, tidak
memaksakan kehendak, dan tentu saja, toleransi, berarti karakter religius tertanam
dengan baik dalam dirimu.
Nasionalis
Karakter kedua
menggarisbawahi bahwa kepentingan bangsa dan negara adalah di atas kepentingan
diri dan kelompok semata. Untuk memperoleh pemahaman tersebut, yang harus
menjadi perhatian adalah cara berpikir dan bersikap, serta kepedulian.
Seseorang dengan karakter
nasionalis akan mengapresiasi kebudayaan bangsanya, kemudian menjaga dan
menghormati kekayaan budaya tersebut. Di Indonesia yang beragam budaya, suku,
dan agama, karakter ini begitu penting karena mampu menjadikanmu rela
berkorban, disiplin, dan taat hukum.
Integritas
Karakter ketiga ini
adalah nilai yang berdasar pada usaha seseorang memperbaiki dirinya agar dapat
menjadi orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaannya.
Di samping itu, seseorang dengan karakter ini juga memiliki komitmen serta
kesetiaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan juga moral.
Kamu dapat menunjukkan
karakter integritas dalam dirimu dengan cara menunjukkan tanggung jawab sebagai
warga negara, aktif terlibat kegiatan sosial, menghargai martabat orang lain,
dan menunjukkan keteladanan.
Mandiri
Karakter keempat
menunjukkan sikap tidak bergantung pada orang lain. Ketidaktergantungan ini
dimaksudkan dalam mengarahkan tenaga, pikiran, dan waktu sendiri demi
mewujudkan cita-cita.
Jika kamu memiliki
karakter mandiri, berarti kamu memiliki etos kerja yang baik, ketangguhan, daya
juang, profesionalitas, kreativitas, dan keberanian. Wih!
Gotong royong
Karakter terakhir
terlihat dari sikap menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu dalam
menyelesaikan masalah bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, serta
memberi pertolongan bagi orang yang membutuhkan.
C.
Cara
menanamkan pendidikan karakter
Pendidikan karakter
sebaiknya di ajarkan dengan menyesuaikan sasaranya atau objek yang akan dituju.
Akan tetapi pendidikan karakter yang diinginkan ialah pendidikan karakter yang
mudah dipahami dan dimengerti, baik di kalangan pelajar maupun masyarakat umum.
Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan dan dimulai dari usia anak-anak
sehingga penanaman nilai-nilai yang diberikan sejak anak-anak dinilai lebih
maksimal daripada diberikan pada usia dewasa. Pendidikan karakter terbagi
menjadi tiga tahap yaitu :
a. Pengetahuan
tentang kebaikan
Tahap ini ialah tahap
awal dalam pembentukan karakter yang
baik. Ini mudah untuk diajarkan karena banyak sekali sumbernya, terutama buku
yang mengajarkan tentang kebaikan. Untuk sekarang ini sudah banyak yang mengajarkan mulai dari
pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Pengetahuan tentang
kebaikan juga dapat tumbuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia
anak-anak yang sudah pubertas sebagian besar sudah dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk, antara yang haq dan
yang bathil.
b. Menumbuhkan
perasaan senang dan cinta terhadap kebaikan.
Anak-anak yang sudah
dewasa memang kebanyakan dapat membedakan yang baik dan yang buruk akan tetapi
belum tentu ia dapat menumbuhkan rasa senang ataupun cinta dalam dirinya
terhadap kebaikan. Maka dari itu ini adalah tahap yang paling sulit untuk
diterapkan. Syarat yang harus terpenuhi agar tahap ini dapat terlaksana ialah
pengetahuan tentang kebaikan yang ada pada tahap pertama. Jadi, antara tahap
yang pertama dan yang kedua sangat erat kaitanya. Kesulitan dalam tahap ini
karena rasa cinta terhadap kebaikan itu akan muncul apabila kesadaranya pun
juga tumbuh sehingga kita harus menumbuhkan rasa kesadaran pentingnya kebaikan.
Selain itu perlu adanya teladan yang patut dijadikan contoh. Jika kita menyampaikan
kebaikan lewat lisan maka hanya akan diletakkan di samping telinga, jika kita
menyampaikan kebaikan lewat hati maka kebaikan itu akan masuk sampai ke hati,
begitu pula jika kita menyampaikan kebaikan lewat akal maka akan masuk sampai
ke akal.
c. Melakukan
perbuatan baik, perasaan senang atau
cinta terhadap kebaikan diharapkan dapat menjadi mesin penggerak sehingga akan
menjadikan seseorang secara sukarela melakukan perbuatan yang baik. Pada tahap
ini disebut juga tahap untuk mengambil tindakan (action). Setelah seseorang
mengetahui tentang kebaikan dan sudah menyukai kebaikan maka mereka akan terus
menjaga agar kebaikan itu tidak hilang dari dirinya. Mereka mengangap bahwa
kebaikan adalah bagian dari hidup.
Dalam penanaman
pendidikan karakter yang paling utama adalah keteladanan. Orang tua memberikan
perilaku dan contoh yang positif kepada anak-anaknya. Guru memberi contoh kepada
anak didiknya. Sementara itu, para pemimpin memberikan teladan karakter
yang baik kepada masyarakat. Penanaman pendidikan karakter di sekolah dapat
dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi yang dapat dilakukan antara lain
1) memasukkan
pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran di sekolah;
2) membuat
slogan-slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasaan semua masyarakat
sekolah untuk bertingkah laku yang baik;
3) membiasakan
perlaku yang positif di kalangan warga sekolah;
4) melakukan
pemantauan secara kontinyu; dan
5) memberikan
hadiah (reward) kepada warga sekolah yang selalu berkarakter baik.
D.
Hubungan
Bahasa dan pendidikan karakter
Bahasa menurut kamus
besar bahasa Indonesia berarti sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Menurut Plato, bahasa pada dasarnya adalah pernyataan
pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan
rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara
lewat mulut. Berdasar penjelasan Palto tersebut, dapat diartikan bahwa bahasa
adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan
bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka
menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan
mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau
tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan
dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi masih kalah dengan bahasa. Bahasa
memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat
diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu
sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambangan. Terlepas dari itu semua,
prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum ada delapan, antara lain
1) pembelajaran
bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih banyak memberikan porsi kepada pelatihan
berbahasa yang nyata;
2) tata
bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa;
3) keterampilan
berbahasa nyata menjadi tujuan utama;
4) membaca
sebagai alat untuk belajar;
5) menulis
dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan;
6) kelas
menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indonesia;
7) penekanan
pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya sastra Indonesia; dan
8) pengajaran
kosakata diarahkan untuk menambah kosakata siswa.
Berdasarkan hal itu,
nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak berlatih di kelas
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata
”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui
kegiatan bermain peran. Melalui diskusi
dan bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat melakukan
olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak
langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi
dan berkreasi melalui karya sastra.
Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan pengalaman baru dan
unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan
bergaul secara langsung tentang berbagai karakter mulia. Cara orang-orang tua kita dahulu menanamkan
nilai-nilai luhur melalui dongeng tentang tokoh-tokoh yang memiliki karakter
kuat mampu terserap ke dalam alam logika dan hati nurani anak hingga terbawa
sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah hati, kreatif, empati, dan
nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam memori anak dan
diaplikasikan ke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendidikan
bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa.
E.
Peran
Bahasa Indonesia Terhadap Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah
merupakan tempat yang efektif untuk membentuk karakter dan kepribadian
seseorang. Selain mendapatkan ilmu pengetahuan para peserta didik juga
memperoleh kesempatan dalam bersosialisai dan mengekspreikan diri melalui hobi
dan bakat yang dimiliki. Pendidikan karakter dengan proses pembelajaran bahasa
Indonesia memiliki hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan karakter
terkandung dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia dan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia terdapat nilai- nilai pendidikan karakter di antaranya
kejujuran, intelektualitas, sopan santun, dan rasional. Pendidikan berbasis
karakter merupakan salah satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan,
besar pengaruhnya penanaman karakter pada anak dianggap sebagai hal pokok. Hal
ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat
istiadat.
a. Prinsip
pembelajaran bahasa Indonesia secara umum
1. Pembelajaran
bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih banyak memberikan porsi kepada
pelatihan berbahasa yang nyata.
2. Tata
bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa.
3. Keterampilan
berbahasa nyata menjadi tujuan utama.
4. Membaca
sebagai alat untuk belajar.
5. Menulis
dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan.
6. Kelas
menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indonesia.
7. Penekanan
pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya sastra Indonesia.
8. Pengajaran
kosakata diarahkan untuk menambah kosakata siswa.
b. Hal-hal
yang harus di perhatikan seorang pendidik dalam mengajar
1. Menggunakan
bahasa yang sopan dan dapat di pahami
2. Berprilaku
sopan
3. Menjaga
ucapan
4. Sabar
dalam mengajar
c. Nilai-nilai
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Penguasaan
bahasa yang pasif meliputi:
a) Mendengarkan,
mengarahkan perhatian dengan sengaja kepada suatu suara atau menangkap pikiran
orang yang berbicara dengan alat pendengaran kita, dengan tepat dan teratur.
b) Membaca,
menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantara tulisan.
2. Penguasaan
bahasa aktif terdiri dari:
a) Bercakap-cakap,
maksudnya melahirkan pikiran dan perasaan yang teratur, dengan menggunakan
bahasa lisan.
b) Mengarang
atau menulis, melahirkan pikiran dan perasaan dengan cara yang teratur, dan
dituliskan dalam bahasa tulisan.
Dari
hal-hal diatas nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak
berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik
yang nyata ”senyatanya" misalnya melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak
senyatanya” melalui kegiatan bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran
dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa dapat melakukan olah rasa, olah
batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung siswa
memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi
melalui karya sastra. Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan
pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan
nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara langsung
tentang berbagai karakter mulia. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendidikan
bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa melalui lingkungan
sekolahan.
F.
Penanaman
karakter melalui Bahasa
Seiring perkembangan
zaman yang terus berubah, memaksa pendidikan yang dinilai mempunyai peran besar
harus pandai berinovasi, Hamidjojo mengemukakan hal – hal yang memaksa adanya
inovasi pendidikan antara lain:
1) Besarnya
eksploasi pendidikan
2) Melonjaknya
anspirasi dikalangan masyarakat luas, menambah makin berat dan besarnya
keperluan penduduk yang lebih baik
3) Kurangnya
sumber
4) Kelemahan
system
5) Belum
mekarnya alat organisasi efektif
Oleh sebab perihal tersebut, adanya
inovasi dalam perbaikan pendidikan di negara kita antara lain dengan adanya
pendidikan karakter, Koesuma dalam artikelnya menyatakan tujuan pendidikan
adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si
subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster,
karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter
menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari
kematangan karakter seperti inilah, kualitas seseorang secara pribadi mampu
diukur.
Pendidikan berbasisi karakter
merupakan salah satu upaya dalam pembaharuan di dunia pendidikan, besar
pengaruh penanaman karakter pada anak dianggap sebaga hal pokok. Hal ini
mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting
untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat. Menurut Foerster ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter,yaitu:
1) Keteraturan
interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi
pedoman normatif setiap tindakan.
2) Koherensi
yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah
terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar
yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
kredibilitas seseorang.
3) Otonomi.
Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi
nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan
pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.
4) keteguhan
dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa
yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter ini,
lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju
personalitas. ”Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas
dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi
eksterior dan interior.” Karakter inilah yang menentukan format seorang pribadi
dalam segala tindakannya. Pendapat Foerster ini semakin mendukung program
pendidikan yang tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang memberdayakan anak
dalam pengertian kecerdasan dan keterampilan melainkan program pendidikan juga
menyadarkan tentang pentingnya menjaga moralitas dan peningkatan kemampuan
pertimbangan rasional dalam pengambilan keputusan. Apabila segala fenomena
tentang pentingnya pendidikan tidak terealisasi dengan baik, maka keberhasilan
pemperhati pendidikan karakter akan mengalami kegagalan. Dampak yang dinilai
sangat mempengaruhi pendidikan anak adalah Lingkungan, baik keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Dan pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika
penggunaan bahasa diberikan dengan tepat.
Bahasa yang sopan,baik dan tidak mampu
membuat anak merasa tertekan. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi
sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia
memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai
pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan
sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial
apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata
krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan
berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya
mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik
kesimpulan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
Kartomiharjo (1982:1) menguraikan
bahwa salah satu butir sumpah pemuda adalah menjunjung tinggi bahasa
persatuan,bahasa Indonesia. Dengan dengan demikian bahasa dapat mengikat
anggota-anggota masyarakat pemakai bahasa menjadi masyarakat yang kuat,
bersatu, dan maju. Lalu bagaimana bahasa mulai bias dikatakan berpengaruh
terhapa proses pemberian pendidikan karakter, ada lima slogan yang
dikumandangkan oleh para pengamat AM/Moulton, 1961, dalam “ International Congress
of Linguistic”, yakni:
(a) Bahasa adalah Lisan,
bukan tulisan
(b) Bahasa adalah
seperangkat kebiasaan
(c) Yang diajarkan adalah
bahasa, bukan tentang bahasa
(d) Bahasa adalah yang
diajarkan oleh si penutur asli
(e) Bahasa adalah
berbeda-beda
Dari slogan tersebut ada satu hal yang
dianggap berpengaruh penting terhadap pendidikan karakter yaitu bahasa adalah
seperangkat kebiasaan, kebiasaan bisa dikatakan adat, dalam situs Wikipedia
menyebutkan bahwa adat ialah Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari
nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang
lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan
terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat
terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.
Stevick dalam Sudana menyatakan
maksud dari pengajaran bahasa adalah, meningkatkan harga diri, menumbuhkan
pikiran positif, meningkatkan pemahaman diri, menumbuhkna keakraban dengan
orang lain, dan mampu menemukan kelebihan dan kelemahan diri. Dari pernyataan
tersebut maksud pengjaran bahasa berorientasi pada pemerolehan nilai nilai
sesuai pendidikan karakter yaitu, menumbuhkan pikiran positif dan menumbuhkan
keakraban dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjabaran di atas
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahasa merupakan suatu hal yang dianggap perlu
untuk dilaksanakan pada lingkungan pendidikan, karena pemerolehan bahasa
dikaitkan dengan penguasaan sesuatu bahasa tanpa disadari atau dipelajari
secara langsung yaitu tanpa melalui pendidikan secara formal untuk
mempelajarinya. Sebaliknya memperolehnya dari bahasa yang dituturkan oleh ahli
masyarakat di sekitarnya. Bahasa diberikan pada lingkungan pendidikan, dan
dimulai dari usia anak-anak, sehingga penanaman nilai-nilai yang diberikan
sejak anak-anak dinilai lebih maksimal daripada diberikan pada usia dewasa.
Pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah pengenalan
nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Cara berbahasa yang digunakan oleh guru di
sekolah pun pengaruhnya sangat besar bagi para siswa. Sehingga untuk membentuk
karakter yang baik pada siswa di khususnya di sekolah, guru harus menggunakan
tata bahasa yang baik dan sopan karena apa yang dilihat dan didengar adalah apa
yang mereka pelajari dan hal tersebutlah yang akan dilakukan oleh siswa.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan santun akan membuat lawan bicaranya
berkarakter yang sopan dan santun pula.
B.
Saran
Dari makalah ini, harapan
untuk selalu memberikan pendidikan berbasis karakter melalui pengajaran bahasa
agar terus ditingkakan dan dijadikan suatu rutinitas dalam segala lingkungan
pendidikan. Dari cerminan tersebut perlunya pengajaran bahasa dan kaitannya
dengan pendidikan dinilai mampu memberikan hal positif dalam pembentukan
karakter seseorang melalui pendidikan berbasis karakter. Mempelajari dan
mengembangkan bahasa dalam pendidikan sangatlah perlu ditingkatkan, oleh sebab
itu kita sebagai pemerhati pendidikan mempunyai peran penting dalam menanamkan
nilai nilai positif serta pembentuka karakter seseorang melalaui bahasa yang
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Iskandarwassid &
Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya.
Kosasih, E. 2008. Pranowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. _______. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. PT
Gramedia Pustaka Utama. Junaidi. 2014. Bahasa Indonsia Untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Empati Junianto. 2012. Peran Bahasa Dalam Pendidikan Karakter.
Diakses dari: http://smalajunianto.blogspot.co.id/2012/02/
Made Pidarta,1997.
Landasan kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
SmaLa Junianto/110126
RABU, 29 FEBRUARI 2012
0 Comments