ANALISIS
FRAMING PEMBERITAAN PENANGANAN COVID-19 DI INDONESIA PADA MEDIA ONLINE
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Sepanjang sejarah manusia, korban penyakit menular
merupakan fase yang tidak lepas dari bagian kehidupan manusia. Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia, dunia telah menyaksikan beberapa wabah penyakit dan
epidemi yang disebabkan oleh lebih dari 20 agen penular selama dekade terakhir.
Selama dua dekade terakhir, para korban penyakit yang terkait dengan virus
corona menjadi tantangan global bagi sistem kesehatan masyarakat. WHO telah
menyatakan COVID-19 sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian
internasional pada 30 Januari 2020, dan peningkatan status menjadi pandemi pada
11 Maret 2020.
COVID-19 Merupakan Penyakit Pernafasan dengan
Spektrum Penyakit Klinis Ringan Sampai Sedang, Penyakit Berat, Dan Penyakit
Kritis DENGAN KASUS Angka Kematian Secara Keseluruhan 0, 5-2, 8% DENGAN JAUH
LEBIH TINGGI PADA OCTOGENARI. Jumlah kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia
mencapai 42. 333 orang dan angka kesembuhan tercatat 178. 101 orang yang
dinyatakan bebas COVID-19. Dari pengamatan para ilmuwan dunia, Dosen Griffith
University Lee Morgenbesser, pakar politik Asia Tenggara di portal berita
online suara. com menunjukkan perhatiannya pada Indonesia yang buruk dalam
penanganan COVID-19.
Senada dengan hal tersebut, pengamat politik
Universitas Paramadina yang juga Pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini
Publik Indonesia Hendri Satrio melaporkan seseorang detik. menarik perhatian
publik pemerintah Indonesia terhadap penanganan virus Corona. Sebagian besar
negara yang dirasa masyarakat memiliki penanganan yang baik terhadap COVID-19
adalah negara yang memberlakukan kawasan karantina seperti China dengan
membatasi akses masuk dan keluar dari lockdown. Dalam dunia media khususnya di
bidang pemberitaan, isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat merupakan
bagian dari nilai berita. koran kompas adalah diantara salah satu media yang
terus berupaya memberikan berita terbaru seputar COVID-19 di Indonesia.
Salah satu sub topik dalam berita koran kompas
terkait COVID-19 di Indonesia adalah soal penanganan COVID-19 yang dilakukan
pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait penanganan COVID-19 seolah menangkap
isu yang memiliki nilai berita bagi media kedua. Okezone yang bagus. com dan
Tribunnews. com memiliki kepentingan tersendiri yang jarang dikaitkan dengan sisi
politik yang diberi kekuatan media secara menurun adalah bahwa interaksi antara
politik, warga dan media persahabatan terlihat serasi di permukaan. Di bidang
politik, Hary Tanoesoedibjo juga merupakan pendiri dan Ketua Partai Persatuan
Indonesia, di mana partai tersebut masuk ke dalam pemerintahan koalisi dalam
Kabinet Kerja Jilid II yang mengusung Presiden Joko Widodo.
Adekunle & Adnan mempertimbangkan framing tentang
wabah Ebola 2014 di media Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah
kesehatan masyarakat sebagai perspektif pemberitaan paling menarik bagi mereka.
Hasilnya menunjukkan prioritas antara kepentingan surat kabar yang bersaing
untuk menjual dan tanggung jawab sosial media untuk memerangi wabah tersebut.
Banyaknya kapitalisasi pada kerangka kebijakan pengelolaan kebijakan sosial,
selain itu juga menggambarkan surat kabar dalam masyarakat yang bebas dari
wabah, yang mencerminkan tanggung jawab sosial.
Kajian tentang framing media tentang pandemi juga
dilakukan oleh Basnyat & Lee yang menunjukkan bagaimana pesan kesehatan
masyarakat yang diberikan oleh pemerintah di Singapura selama pandemi Influenza
yang diframing oleh media pemberitaan
kepada masyarakat. Studi ini mengupas bagaimana pandemi global diframing sebagai peristiwa lokal, memberikan eksplorasi
unikika yang melibatkan komunikasi, kesehatan masyarakat, media berita, dan
kenegaraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siaran yang dikeluarkan oleh
pemerintah diidentifikasi sebagai sumber informasi kesehatan masyarakat yang dijadikan
sebagai sumber berita. Sementara siaran pers memberikan informasi faktual
tentang risiko infeksi, langkah-langkah tepat yang harus diambil, dan jadwal
pandemikc.
Kajian Basnyat & Lee di atas menunjukkan
kebijakan pemerintah yang mendapat sorotan selama penanganan wabah H1N1.
Pemerintah memiliki caranya sendiri secara berurutan dalam analisis framing peristiwa tersebut melalui penggunaan dan
metafora siaran pers tertentu yang digunakan sebagai sumber liputan media.
Kajian tentang bagaimana pemerintah dalam menyusun kebijakan penanganan wabah
telah membuat Ibrahim membahas epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome
sebagai bentuk perang untuk menggambarkan suasana krisis di Singapura.
Kerangka perang yang memungkinkan pembuat kebijakan
untuk masuk ke berbagai sumber sebagai organisasi wabah SARS di Singapura,
pertama bahwa pemerintah memanfaatkan mentalitas krisis yang berlangsung dipicu
oleh partai yang berkuasa sejak kemerdekaan kekuasaan politik pulau itu. di
dalamnya. Kepentingan politik yang tak luput dari wilayah wabah diframing lewat dakwah. Framing krisis dalam istilah
linguistik ini menangkap hubungan virus yang menyerang pertahanan pada ekonomi
nasional dan saling ketergantungan dengan ekonomi global.
Peran media dalam mengkomunikasikan informasi risiko
kesehatan terlihat dari kasus-kasus sebelumnya, seperti flu burung (Viswanath,
2010). Media berada dalam lingkungan informasi yang dinamis selama wabah (Kott
& Limaye, 2016). Dalam konteks ini, media memiliki fungsi informatif,
terutama karena penggunaan media secara rutin memberikan informasi mengenai
perkembangan atau faktor risiko suatu penyakit (Viswanath, 2010, h. 2080).
Stryker (dalam Donsbach, 2010) menunjukkan bahwa praktik jurnalisme dapat
mengkonstruksi bagaimana media menyajikan informasi kesehatan. Media dapat
mengkonstruksi realitas, seperti reportase perang atau konflik (Santosa, 2017).
Biasanya, jurnalis memilih sumber yang dapat diterima berdasarkan kredibilitas
atau akuntabilitasnya, seperti jurnal kesehatan dan siaran pers (Stryker, 2010,
hlm. 2096).
Kerangka cakupan kesehatan menunjukkan keragaman dan
prevalensi. Dan dan Raupp (2018) menjelaskan bahwa meskipun jenis frame di
media sering dibedakan oleh generik / prosedural dan isu-spesifik / substantif,
dan, lagi, oleh fungsi frame (Entman, 1993), keduanya mudah tumpang tindih,
terutama dalam berita kesehatan. Melalui tinjauan sistematis, teridentifikasi
15 jenis frame dalam berita kesehatan. Yaitu: konsekuensi, keparahan kesehatan,
kepentingan manusia, konsekuensi ekonomi, atribusi tanggung jawab, tindakan,
tematik, episodik, medis, ketidakpastian, alarmist, reassurance, keuntungan,
kerugian, kerangka konflik (Dan & Raupp, 2018)
Investigasi lebih lanjut pada kasus kesehatan,
Gadekar, Krishnatray, dan Ang (2014) menunjukkan bahwa surat kabar India
membingkai masalah H1N1 dengan 6 jenis frame (Gadekar et al., 2014). Konteks
lainnya adalah pemberitaan surat kabar dan televisi tahun 2009 tentang isu
H1N1. Hasil penelitian menemukan bahwa liputan media bersifat intensif dan
mengkhawatirkan, terutama pada tahap pertama atau tahap alarm dan tahap ketiga
atau tahap krisis, seperti yang diidentifikasi dalam penelitian (Vasterman
& Ruigrok, 2013). Lebih lanjut, surat kabar Korea Selatan membingkai kasus
flu burung dengan atribusi tanggung jawab dengan cenderung menyalahkan
pemerintah (Choi & McKeever, 2019).
Berdasarkan penjelasan pada latarbelakang penelitian
sebagaimana dipaparkan di atas, maka rumusan masalah ini yakni, “bagaimana Berita
Isu Corona di Indonesia melalui Media ? ”
Terhadap pertanyaan penelitian di atas, peneliti akan
menetapkan dua media online untuk
menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu, yaitu kompas. Berita Isu Corona di
Koran Kompas Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa cara media online di
Indonesia melakukan pemframing an berita penanganan COVID-19 di Indonesia.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis proses pemframing an pemberitaan mengenai penanganan COVID-19 di
Indonesia pada media online kompas.
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menganalisis teks yang diteliti dengan
menggunakan analisis framing yang dirumuskan oleh Entman. Sebuah teks memiliki
setidaknya satu dari empat fungsi framing , yaitu mendefinisikan masalah,
mendiagnosis penyebab, mengevaluasi moral, dan menyarankan perbaikan (Entman,
1993). Framing juga mengedepankan dua aspek, yaitu pemilihan isu dan salience.
Analisis framing dipilih karena peneliti mencoba menganalisis frame yang
digunakan dan berita yang ditetapkan oleh surat kabar untuk berita kasus novel
coronavirus sebelum status pandemi diumumkan. Data dikumpulkan dari koran
Kompas yang membahas tentang kasus novel coronavirus. Teks yang ditemukan
dianalisis dengan fungsi kerangka yang dirumuskan oleh Entman dan penelitian
sebelumnya. Contoh data yang dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel
sampel edisi Januari 2020.
Metode kualitatif mengandalkan data berupa teks dan
gambar (Creswell, 2014). Analisis Framing adalah berita yang memuat pembahasan kasus
novel coronavirus dan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh virus tersebut.
Teks diperoleh dari salah satu yang paling banyak
surat kabar terkemuka di Indonesia, Kompas. Kompas
dipilih karena jangkauan cakupan dan reputasinya di Indonesia. Jangka waktu
yang ditentukan adalah Januari 2020. Berdasarkan pantauan awal, perhatian
terhadap masalah sudah dimulai pada Januari. Oleh karena itu, waktunya
disesuaikan dengan konteks penelitian. Penelitian ini menganalisis bagaimana
media melaporkan risiko informasi terhadap kesehatan dalam konteks informasi
yang dinamis. Pertama, tinjauan pustaka dilakukan untuk menganalisis bagaimana
media analisis framing informasi risiko
di masa lalu. Dilanjutkan dengan analisis framing untuk menganalisis bagaimana
media di Indonesia, khususnya koran Kompas, analisis framing isu-isu terkait risiko kesehatan dan
menganalisis bagaimana informasi tentang kasus novel coronavirus COVID-19
berubah.
BAB III
Hasil
dan Diskusi
3.1 Berita Masalah Corona di Koran Kompas
Setelah menjelaskan metode penelitian di atas, maka
pada bagian ini akan diuraikan hasil analisis untuk koran Kompas bulan Januari
2020. Gambar berikut menunjukkan besaran pemberitaan kasus novel Coronavirus
Januari 2020.Bulan ini tentang kasus novel Coronavirus dan penyakit, COVID -19,
belum disebutkan oleh WHO.
Peneliti mengklasifikasikan periode pemberitaan
menjadi 5 kategori, yaitu berdasarkan jumlah akhir pekan di bulan Januari 2020.
Grafik di atas menunjukkan perhatian media terhadap isu kasus novel coronavirus
dimulai pada minggu kedua Januari 2020 (5 Januari). -11 2020), khususnya pada
10 Januari 2020. Berdasarkan pengolahan data, jumlah surat kabar Newsletter
Kompas tentang masalah ini meningkat secara signifikan, mencapai puncaknya pada
minggu kelima (26-31 Januari 2020). Lebih lanjut, belum ada kabar isu virus
corona pada 1-9 Januari 2020 yang dipertanyakan karena pandemi ini sudah muncul
sejak Desember 2019 silam.
Pada Januari 2020, pemberitaan yang terpantau tentang
masalah virus Corona menyumbang sekitar 1 hingga 4 berita per hari. Peningkatan
cakupan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa isu tersebut menonjol. Media
seringkali meliput isu tersebut dan menempatkannya pada posisi yang lebih
strategis, seperti pada halaman pertama, rubrik internasional, dan rubrik
sains. Persoalan ini pertama kali terlihat pada halaman pertama pada 22 Januari
2020. Terlihat di sana di media massa mencoba mengkonstruksikan pandemi ini
sebagai isu yang substansial untuk direfleksikan ke publik.
Peneliti menggunakan alat analisis framing Entman
untuk menganalisis bagaimana koran analisis framing isu pandemi sebagai risiko kesehatan. Kerangka
kerja yang dibangun Kompas dapat dilihat dari empat fungsi framing yaitu mendefinisikan masalah, mendiagnosis
penyebab, mengevaluasi moral, dan menyarankan perbaikan (Entman, 1993).
3.2 Pandemi Merupakan Masalah Krisis di Indonesia
Periode ini diidentifikasi karena merupakan cikal
bakal pemberitaan kasus novel coronavirus. Saat ini, virus dan penyakitnya
belum dinamai secara resmi oleh WHO. Surat kabar tersebut menulis berita dengan
penggunaan istilah 'kasus novel coronavirus'. Pada periode ini, virus juga
dilaporkan sebagai fenomena yang terjadi di wilayah tertentu seperti China,
Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, dan Jepang.
Tabel 1. Analisis Framing Sampel Berita Periode
Pertama Hingga Kedua, Sumber: Data diolah Peneliti (2020)
|
Nama |
(1) Wabah kasus novel
Coronavirus |
(2) Jepang Melaporkan Jenis kasus
novel Coronavirus |
|
Definisikan Masalah |
Wabah kasus pneumonia di Wuhan, China, dan beberapa
negara lain seperti Korea Selatan, Hongkong, dan Taiwan memicu ketakutan akan
wabah baru pasca SARS |
Pemerintah
Jepang mengumumkan bahwa seorang pria terjangkit jenis kasus novel
coronavirus setelah kembali dari China |
|
Diagnosis Penyebabnya |
Kasus tersebut
disebabkan oleh jenis kasus novel coronavirus dengan obat dan vaksin yang
tidak diketahuiPublik khawatir epidemi SARS akan pulih kembali |
Setelah kembali
dari Tiongkok pada 6 Januari 2020, pria tersebut dirawat di rumah sakit pada
10 Januari 2020 Pria itu
pulih dan kembali ke rumah |
|
Evaluasi Moral Sarankan
Perbaikan |
Diperlukan
informasi yang lebih komprehensif untuk mengetahui dengan tepat jenis virus
yang telah menginfeksi puluhan orang di Wuhan. Langkah-langkah desinfeksi,
pengawasan, dan pencegahan sudah disiapkan |
Banyak negara
Asia yang memutuskan tindakan pencegahan, termasuk Indonesia. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia telah memasang thermal imaging untuk mendeteksi
suhu tubuh di bandara dan pelabuhan. Pihak berwenang akan mewawancara dan
memeriksa penumpang khususnya dari China dan Hong Kong dengan suhu 38 ° C |
Awalnya, harian Kompas menyebut merebaknya kasus
novel coronavirus sebagai Masalah krisis. Pada periode sepertiga pertama (1-18
Januari 2020), surat kabar Kompas membahas tentang merebaknya kasus novel
Coronavirus yang terjadi di Wuhan, China, dan beberapa negara lain seperti
Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang. Pada periode ini, pemberitaan
relatif jarang karena Koran hanya memuat empat berita, yaitu informasi mengenai
jumlah korban, gejala, dan perkembangan kasus di beberapa negara di luar China.
Laporan tersebut dimuat dalam rubrik internasional,
yang menyiratkan aspek wabah regional. Namun kondisi ini menimbulkan pertanyaan
karena wabah tersebut telah menyebar ke negara tetangga tanpa banyak informasi
yang diperoleh diketahui. Apalagi pada periode ini, pilihan kata-kata dalam
berita terkait wabah ini dengan misteri seperti "tidak diketahui"
(tidak diketahui), "khawatir" (khawatir), "tidak jelas"
(tidak jelas), atau "takut takut" (memicu takut). Pembicara dalam
pemberitaan didominasi oleh pimpinan pejabat kesehatan seperti World Health
Organization (WHO).
Tabel tersebut menyajikan beberapa contoh artikel
yang telah dianalisis dengan alat analisis framing. Kerangka pemberitaan yang
pertama menunjukkan adanya kasus pneumonia yang belum dikenali. Surat kabar
Kompas memberitakan bahwa merebaknya kasus pneumonia di Wuhan, China,
menimbulkan kekhawatiran baru terkait wabah pasca SARS. Koran tersebut
menggambarkan virus ini sebagai virus yang dapat menimbulkan gejala demam dan
infeksi saluran pernafasan pada manusia. Fenomena ini akibat munculnya kasus
novel coronavirus yang belum ditemukan obat dan vaksinnya. Surat kabar tersebut
juga menerbitkan informasi tentang virus yang serupa dengan yang lain, yang
pernah mewabah, seperti SARS dan MERS. Koran tersebut mulai menunjukkan
pertimbangan dengan isu moral yang menyangkut potensi kambuhnya wabah SARS.
Pembicara utama surat kabar menjelaskan bahwa informasi yang lebih komprehensif
akan dibutuhkan di masa depan. Pengaturan pengawasan dan pencegahan juga
diterapkan pada transportasi, seperti bus dan pesawat terbang. Berdasarkan
analisis tersebut, surat kabar membawa pembaca ke dalam narasi yang belum diketahui
solusi wabah dan upaya antisipatif implementasinya. Kondisi ini membawa pembaca
ke dalam kerangka ketidakpastian yang dapat dikaitkan dengan fungsi evaluasi
moral Entman (And Raupp, 2018). Surat kabar tersebut membawa pembaca pada
narasi bahwa solusinya tidak diketahui dari wabah dan upaya-upaya antisipatif
implementasinya. Kondisi ini membawa pembaca ke dalam kerangka ketidakpastian
yang dapat dikaitkan dengan fungsi evaluasi moral Entman (And Raupp, 2018).
Surat kabar tersebut membawa pembacanya ke narasi bahwa solusinya adalah tidak
sadar akan wabah tersebut dan upaya-upaya antisipatif implementasinya. Kondisi
ini membawa pembaca ke dalam kerangka ketidakpastian yang dapat dikaitkan
dengan fungsi evaluasi moral Entman (And Raupp, 2018).
Cakupan framing keduanya menyajikan perkembangan kasus di luar
China. Surat kabar tersebut mempublikasikan informasi baru tentang korban virus
corona di Jepang. Ini terjadi karena korban memang melakukan perjalanan ke
China. Korban kemudian dipulangkan setelah kondisinya membaik. Beberapa negara
di Asia memutuskan tindakan preventif, termasuk Indonesia yang memasang
pendeteksi suhu tubuh di bandara. Melalui narasi ini, surat kabar memandu
pemahaman pembaca tentang penyebaran virus akibat bepergian ke luar negeri. Inilah
kerangka atribusi tanggung jawab, terkait dengan fungsi penyebab interpretasi /
diagnosis Entman (And Raupp, 2018)..
3.3
Kasus Covid merupakan Ancaman Bagi Indonesia
Kerangka yang diidentifikasi pada periode ini adalah
pandemi sebagai ancaman bagi Indonesia (19-31 Januari 2020). Perubahan yang
paling mencolok dari periode sebelumnya adalah perubahan pelaporan jumlah dan
pelaporan lokasi. Dalam periode ini, jumlah pemberitaan tentang kasus novel
coronavirus bisa mencapai 4 artikel per hari. Jika pada periode sebelumnya
wabah ini diframing sebagai fenomena
yang terjadi di China dan negara tetangga, namun pada periode tersebut mulai
terkuak kabar bahwa penyebaran kasus tersebut semakin meluas (20 Januari 2020).
Informasi tentang virus itu masih dikaitkan dengan kata "enigmatic"
(misterius). Kewaspadaan negara pun semakin meningkat, termasuk Indonesia. Pada
periode ini, pemberitaan membahas tentang upaya pemerintah dalam menghadapi
potensi kasus di Indonesia.
Surat kabar pada periode ini mulai menginformasikan
risiko penyebaran virus ke Indonesia melalui 19 wilayah yang memiliki akses
transportasi langsung dari dan ke China. Pada periode ini rubrik sains,
lingkungan, dan kesehatan mulai melaporkan kasus novel coronavirus (23 Januari
2020). Dalam artikel tersebut, beberapa metafora perang digunakan, seperti
"kicked back" (untuk mencegahnya), atau "line of defense"
(garis pertahanan) untuk menekankan urgensi masalah.
Kabar pada periode ini juga menginformasikan
kasus-kasus wabah sebelumnya seperti MERS, SARS, dan flu burung. Posisi
Kementerian Kesehatan sebagai pejabat kesehatan semakin ditekankan dengan
terbitnya artikel tentang kesiapsiagaan pemerintah, tips pencegahan, dan gejala
virus (26 Januari 2020)..
Tabel 2. Analisis Framing Sampel
Berita Periode Keempat Hingga Kelima, Sumber: Data diolah Peneliti (2020)
|
Nama |
(1) Antisipasi Penyebaran Virus |
(2) Alert Referral Hospital (23 |
|
Definisikan Masalah |
Pemerintah Indonesia membatasi pengawasan penyebaran virus korona baru
dari Wuhan, China |
Seratus rumah sakit rujukan disiapkan untuk mengantisipasi penularan kasus
novel coronavirus dari Wuhan. Tugas rumah sakit rujukan adalah menyediakan
fasilitas dan sumber daya manusia. Akses langsung dari atau ke China |
|
Diagnosis Penyebabnya |
Pengawasan dilakukan karena adanya indikasi penularan antar manusia WHO belum memberikan pedoman klinis untuk menangani pasien Corona. WHO
belum merilis pembatasan atau larangan perjalanan ke China |
Indonesia pun sudah bersiap mengantisipasi penularan baru virus corona
karena pihak rumah sakit sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk
mengobati pasien yang terjangkit virus. |
|
Evaluasi Moral Sarankan Perbaikan |
Pemerintah Indonesia menyiapkan strategi untuk mengantisipasi
penyebaran |
Pengawasan daerah berisiko tinggi akan ditingkatkan |
Tabel 2 menunjukkan berita
yang diproduksi pada periode ini. framing pertama menunjukkan bahwa media berusaha analisis
framing upaya pemerintah Indonesia dalam
mengantisipasi penyebaran virus corona baru. Dalam pemberitaannya, media masih
mengaitkan virus tersebut dengan asal wilayahnya di Wuhan, China. Data terbaru
tentang jumlah korban yang diinformasikan. Pada periode ini dakwah
mengidentifikasi adanya indikasi penularan virus antar manusia. Pada bagian
ini, media mengarahkan pembaca pada pemahaman bahwa virus tersebut masih belum
diketahui, tetapi berasal dari keluarga yang mirip dengan virus lain seperti
MERS dan SARS. Media juga mempublikasikan evaluasi moral terhadap tidak adanya
pedoman klinis untuk merawat pasien baru virus corona atau pembatasan
perjalanan ke China.
Pada frame kedua, media
menginformasikan kesiapan rumah sakit di Indonesia. Seratus rumah sakit rujukan
disiapkan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona baru. Media seakan
memperhatikan masalah akses transportasi langsung dari atau ke China (atribusi
tanggung jawab). Dalam tulisan ini, pemerintah dikonstruksikan sebagai
institusi yang siap mengantisipasi penyebaran kasus virus corona baru. Kesiapan
pemerintah ditunjukkan dengan informasi tentang sarana dan prasarana pengobatan,
penguji laboratorium, balai besar teknik lingkungan, pengendalian penyakit, dan
dinas kesehatan. Perhatian dan pengawasan terhadap 19 area berisiko tinggi akan
diperkuat..
Tabel 3. Analisis Framing Sampel
Berita Periode Empat hingga Lima, Sumber: Data diolah peneliti (2020)
|
Nama |
(3) Deteksi Dini Coronavirus |
(4) Penyebaran Trigger Evacuation |
|
Definisikan Masalah |
Antisipasi virus Corona baru saja masuk ke Indonesia |
Wabah virus korona baru menimbulkan harapan dengan adanya evakuasi |
|
Diagnosis Penyebabnya |
Penularan terjadi antar manusia, termasuk pasien yang tidak memiliki
gejala klinis |
Ada rencana evakuasi dari berbagai negara terhadap warganya yang berada
di Wuhan (Jepang, Amerika Serikat, Prancis, dan Sri Lanka) |
|
Evaluasi Moral Sarankan Perbaikan |
Antisipasi virus Corona di Indonesia dengan pemeriksaan di pintu masuk
negara belum cukup. Untuk itu diperlukan pengawasan, deteksi dini, dan juga
kewaspadaan Diperlukan edukasi mengenai gejala penyakit, terutama kepada warga yang
baru datang dari negara yang memiliki kasus virus Corona Situasi di Wuhan |
Harapannya, pemerintah Indonesia bisa melakukan evakuasi warganya
seperti yang telah dilakukan oleh Amerika Serikat. Taiwan juga melarang
aktivitas perjalanan. |
Pada tabel 3, framing ketiga menunjukkan urgensi deteksi
dan pemantauan dini terkait kasus novel coronavirus. Media prihatin atas
permasalahan antisipasi Indonesia terhadap virus ini karena adanya informasi
tentang suatu daerah di Indonesia yang sudah terjangkit virus corona pasien
yang tidak terduga. Media juga mempublikasikan informasi tentang penularan
virus antar manusia. Bepergian ke Wuhan, China juga dianggap sebagai faktor
risiko penyebaran virus. Antisipasi virus Corona di Indonesia hanya dengan
pemeriksaan di pintu masuk negara dirasa belum cukup. Oleh karena itu, edukasi
mengenai gejala penyakit tersebut khususnya bagi masyarakat yang sedang
berpergian ke negara yang memiliki kasus infeksi corona sangat diperlukan.
Suara dominan dalam berita adalah pejabat kesehatan seperti Kementerian
Kesehatan Indonesia.
Pembingkaian berita yang keempat menunjukkan ekspektasi
WNI di China untuk dievakuasi. Ada fungsi evaluasi moral pada frame yang
digunakan media, misalnya informasi tentang kondisi di Wuhan yang digambarkan
oleh media sebagai “tegang” (tegang) dan “mengkhawatirkan” (mengkhawatirkan).
Dalam pemberitaan ini, suara WNI yang terjebak di China mendapat perhatian.
Pasalnya, negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Prancis, dan Sri
Lanka, berencana mengevakuasi warganya. Kabar ini belum bisa menunjukkan
rencana pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warganya dari China. Selain
itu, berita ini menyajikan informasi tentang perkembangan suatu vaksin..
3.4 Cakupan Kesehatan dan Isu Risiko Corona di Koran Kompas Periode
Januari 2020
Dalam komunikasi risiko, posisi media adalah
menyampaikan informasi yang dinamis. Minimnya pemberitaan isu Corona pada
periode sepertiga pertama (1-18 Januari 2020) mendukung opini bahwa tidak semua
isu memiliki kesamaan. Dalam penelitian Pieri (2019) tentang pemberitaan Ebola,
tidak semua pandemi mendapat perhatian yang sama dari media di Barat yaitu
Terlihat dari minimnya
pemberitaan pada periode pertama kasus tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
Berry (2007), informasi risiko penuh dengan spekulasi dan dinamika. Analisis
menunjukkan fakta berkembang secara bertahap. Pada periode ketiga pertama,
infeksi, yang awalnya disebut sebagai "misterius" kemudian secara
teratur diframing sebagai fenomena yang
perlu diantisipasi pada periode keempat-kelima. Vasterman dan Ruigrok (2013)
berpendapat dalam penelitian mereka bahwa, sehubungan dengan potensi risikonya,
ketidakpastian telah kewalahan pada minggu pertama pandemi.
Koran Kompas juga menggambarkan beberapa keterbatasan
dalam komunikasi kesehatan. Littlejohn dan Foss (2009) menjelaskan bahwa
komunikasi kesehatan melihat peran manusia, media, atau komunikasi yang
dimediasi dalam promosi kesehatan masyarakat. Komunikasi kesehatan juga dapat
digunakan untuk memperingatkan publik tentang bahaya atau risiko kesehatan (Littlejohn
& Foss, 2009, hlm. 464). Koran Kompas menerapkan komunikasi kesehatan
dengan menginformasikan risiko penyebaran virus, upaya pencegahan, dan cara
menghindarinya. Selanjutnya, Kompas membangun narasi kesiapan pemerintah dalam
menghadapi kasus novel coronavirus. Koran ini juga menjadi wadah bagi para
pejabat kesehatan untuk mengungkapkan pandangannya tentang masalah ini.
Kompas analisis framing informasi kesehatan dan risiko terkait kasus
novel coronavirus (COVID-19) dengan menerapkan empat fungsi kerangka Entman,
yaitu mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, menyarankan perbaikan, dan
evaluasi moral. Pada periode ketiga pertama, selain dari fungsi kerangka
Entman, kerangka lain, yaitu, konsekuensi, keparahan kesehatan, atribusi
tanggung jawab, tindakan, dan ketidakpastian, diidentifikasi. Menurut Dan dan
Raupp (2018), frame yang diidentifikasikan berkaitan dengan fungsi dari frame
Entman. Dalam penerapan fungsi definisikan masalah terdapat kerangka
konsekuensi yang menjelaskan dampak risiko kasus novel coronavirus terhadap
kehidupan manusia (sosial / individu) dan fenomena apa saja yang terjadi.
Selain itu, Keparahan kesehatan ditunjukkan oleh informasi tentang perbandingan
risiko pada fenomena kesehatan sebelumnya atau jumlah kejadian yang terjadi.
Terkait fungsi mendiagnosis penyebab, terdapat kerangka atribusi
pertanggungjawaban yang dipersalahkan atas virus (sampel berita pertama) atau
aktivitas individu, seperti bepergian ke luar negeri (sampel berita kedua).
Dalam fungsi evaluasi moral, frame yang terlihat adalah frame ketidakpastian.
Pasalnya, aspek-aspek yang dilaporkan (kasus novel coronavirus) masih belum
dipahami secara komprehensif. Selain itu, muncul pula kerangka aksi untuk
mendorong pemerintah Indonesia mengambil langkah pencegahan. seperti bepergian
ke luar negeri (sampel berita kedua). Dalam fungsi evaluasi moral, frame yang
terlihat adalah frame ketidakpastian. Pasalnya, aspek-aspek yang dilaporkan (kasus
novel coronavirus) masih belum dipahami secara komprehensif. Selain itu, muncul
pula kerangka aksi untuk mendorong pemerintah Indonesia mengambil langkah
pencegahan. seperti bepergian ke luar negeri (sampel berita kedua). Dalam
fungsi evaluasi moral, frame yang terlihat adalah frame ketidakpastian.
Pasalnya, aspek-aspek yang dilaporkan (kasus novel coronavirus) masih belum
dipahami secara komprehensif. Selain itu, muncul pula kerangka aksi untuk
mendorong pemerintah Indonesia mengambil langkah pencegahan.
Pada periode keempat-kelima, ketika berita tentang
masalah ini mulai muncul, kerangka yang terjadi adalah konsekuensi, keparahan
kesehatan, tindakan, atribusi tanggung jawab, ketidakpastian, medis, dan
kepentingan manusia. Dalam fungsi evaluasi moral, Dan dan Raupp (2018)
mengkonseptualisasikan kerangka ketidakpastian sebagai suatu kondisi yang belum
diketahui risikonya. Pada periode ini, ada penekanan pada kesiapan pemerintah
dalam mengantisipasi virus corona baru. Hal tersebut terkait dengan batasan
risiko yang berdimensi ketidakpastian. Hal ini terlihat dari fungsi frame function
'sarankan remedies' di surat kabar Kompas yang mengharapkan kebijakan
pemerintah terkait kasus novel coronavirus, seperti pengawasan, antisipasi, dan
evakuasi. Meskipun menyadari bahwa pencegahan diperlukan, Kompas tampak tidak
menggunakan framing eksplosif saat
memberitakan masalah ini. Hal ini berbeda dengan konteks hasil penelitian
Vasterman dan Ruigrok (2013) yang menunjukkan adanya kecenderungan yang
mengkhawatirkan pada minggu pertama pelaporan wabah H1N1.
Namun, beberapa hal bisa disimpulkan. Pertama, pemilihan kata diperlukan
untuk berkomunikasi dengan publik yang berisiko. Penelitian telah menunjukkan
bahwa media yang memberitakan Ancaman kesehatan dengan bahasa emosional dapat
memperburuk persepsi risiko publik (Klemm et al., 2016). Media yang bias, di
satu sisi, dalam memberitakan KLB tanpa menyertakan informasi tentang
pencegahannya, dapat menimbulkan ketakutan atas risiko yang disebutkan (Klemm
et al., 2016). Penggunaan metafora juga harus dipertimbangkan. Secara umum,
metafora adalah penggunaan istilah lain untuk memahami dan mengalami sesuatu
(Lakoff dan Johnsen, 2003). Metafora perang yang dijelaskan oleh Lakoff dan
Johnsen (2003) banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan media. Persepsi
risiko adalah elemen penting untuk membuat risiko dan komunikasi kesehatan
berhasil. Menurut model persepsi risiko, banyak elemen yang mempengaruhi cara
masyarakat merespon risiko kesehatan. Beberapa elemen tersebut adalah kemampuan
kontrol, keakraban, ketidakpastian, dan kepercayaan (Littlejohn dan Foss,
2009).
Kedua, framing yang dikonstruksi oleh surat kabar
dalam pemberitaan isu korona identik dengan apa yang disebut sebagai narasi
wabah. Narasi wabah adalah konstruksi wabah sebagai sesuatu yang berasal dari
"luar" (Pieri, 2009). Dry and Leach (dalam Pieri, 2019) menjelaskan
bahwa suatu narasi wabah ditandai dengan konstruksi penyakit sebagai fenomena
dinamis yang dapat muncul dan menyebar dengan cepat.
BAB
IV
Kesimpulan
Pandemi Covid adalah Merupakan masalah risiko
kesehatan yang memicu pemberitaan media. Melalui analisis dalam penelitian ini
terlihat bahwa pada awalnya media-media di Indonesia seperti Koran Kompas saya
membingkai kasus novel coronavirus sebagai peristiwa daerah. Pada tahap pertama
wabah, media belum sepenuhnya memahami masalah yang terkait dengan masalah
tersebut. Lambat laun kerangka tersebut menjelma menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat dan risiko yang penting diantisipasi. Pada edisi Januari 2020,
Kompas me membingkai masalah dengan empat fungsi kerangka yang dirumuskan
Entman, yaitu definisi masalah, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan
rekomendasi pengobatan. Pada periode pertama hingga ketiga, jenis kerangka yang
muncul adalah konsekuensi, tingkat keparahan kesehatan, atribusi tanggung
jawab, tindakan, dan ketidakpastian. Fungsi framing Entman juga muncul di
periode keempat dan kelima. Juga, kerangka lain yang muncul adalah konsekuensi,
beratnya kesehatan, tindakan, atribusi tanggung jawab, ketidakpastian, medis,
dan kepentingan manusia. Komunikasi kesehatan dan risiko berguna untuk
mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi risiko dan memandu respons selama
krisis kesehatan (Littlejohn & Foss, 2009, hlm. 467). Ini juga menunjukkan
karakteristik dinamis dari informasi risiko (Berry, 2007). Penelitian ini
menggambarkan bagaimana sebuah surat kabar di Indonesia membingkai kasus
kesehatan dalam konteks informasi yang dinamis. Komunikasi kesehatan dan risiko
berguna untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi risiko dan memandu
respons selama krisis kesehatan (Littlejohn & Foss, 2009, hlm. 467). Ini
juga menunjukkan karakteristik dinamis dari informasi risiko (Berry, 2007).
Penelitian ini menggambarkan bagaimana sebuah surat kabar di Indonesia
membingkai kasus kesehatan dalam konteks informasi yang dinamis. Komunikasi
kesehatan dan risiko berguna untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi
risiko dan memandu respons selama krisis kesehatan (Littlejohn & Foss,
2009, hlm. 467). Ini juga menunjukkan karakteristik dinamis dari informasi
risiko (Berry, 2007). Penelitian ini menggambarkan bagaimana sebuah surat kabar
di Indonesia membingkai kasus kesehatan dalam konteks informasi yang dinamis.
Namun penelitian ini menghadapi beberapa
keterbatasan. Pertama, walaupun penelitian bertujuan untuk menghasilkan hasil
yang fokus, namun analisis salah satu media di Indonesia menunjukkan gambaran
yang terbatas terkait dengan kemungkinan adanya keberagaman frame yang
dilakukan oleh media lain di Indonesia pada saat terjadinya wabah. Virus Corona
tahap pertama pada Januari 2020. Kedua, jangka waktu investigasi adalah Januari
2020, sebelum COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi. Penelitian lebih lanjut
diharapkan dapat memperluas cakupan tidak hanya pada tahap pra-krisis tetapi
juga pada tahap krisis. Namun penelitian ini telah menunjukkan bagaimana media
mengkonstruksi informasi kesehatan dan risiko penting untuk menjadi sumber
informasi dan mitigasi risiko. Penelitian lebih lanjut harus dapat melihat
bagaimana lembaga media lain saya membingkai kasus yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
BBC. (2020). Coronavirus dinyatakan sebagai darurat
kesehatan global oleh WHO. Diakses pada 25 April 2020, dari https:
//www.bbc.com/news/world-51318246
Berry, D. (2007). Komunikasi kesehatan: Teori dan
praktik. Berkshire: Open University Press.
Choi, M., & McKeever, BW (2019). Framing berita
flu burung: Advokasi media dan respon terhadap krisis kesehatan masyarakat. Jurnal
Penelitian Koran, 40 (4), 451-466. https://doi.org/10.1177/0739532919855790
Creswell,
JW (2014). Desain Penelitian: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran (edisi ke-4th). Thousand Oaks: SAGE Publications.
Dan, V., & Raupp, J. (2018). Tinjauan sistematis
frame dalam pelaporan berita risiko kesehatan: Karakteristik, konsistensi
konstruk vs. keragaman nama, dan hubungan frame dengan fungsi framing.
Kesehatan, Risiko, dan Masyarakat, 20 (5–6), 203–226.
https://doi.org/10.1080/13698575.2018.1522422
Entman, RM (1993). Pemframing an: Menuju klarifikasi
dari paradigma yang retak. Jurnal Komunikasi, 43 (4), 51-58.
Gadekar, R., Krishnatray, P., & Ang, PH (2014).
Pemframing an Flu H1N1 di Koran India. Jurnal Komunikasi Kreatif, 9 (1), 49-66.
https://doi.org/10.1177/0973258613517438
Gumelar, G. (2018). Persuasi Pengurangan Penggunaan
Kantong Plastik Melalui Narasi Dan Persepsi Resiko. Jurnal ASPIKOM, 3 (4), 650.
https://doi.org/10.24329/aspikom.v3i4.274
Klemm, C., Das, E., & Hartmann, T. (2016). Flu
babi dan hype: Kajian sistematis atas dramatisasi media tentang pandemi
influenza H1N1. Jurnal Penelitian Risiko, 19 (1), 1-20.
https://doi.org/10.1080/13669877.2014.923029
Kott, A., & Limaye, RJ (2016). Menyampaikan
informasi risiko dalam lingkungan informasi yang dinamis: Pemframing an dan
suara otoritatif di Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) dan komunikasi media
siaran berita utama selama wabah Ebola 2014. Ilmu Sosial dan Kedokteran, 169,
42–49. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2016.09.029
Lakoff, G., & Johnsen, M. (2003). Metafora yang
kita jalani. London: Pers Universitas Chicago.
Littlejohn,
SW, & Foss, KA (2009). Ensiklopedia teori komunikasi.
Thousand Oaks: SAGE Publications.
Littlejohn, SW, Foss, KA, & Oetzel, JG (2017).
Theories of human communication (edisi ke-11). Long Grove: Waveland Press, Inc.
Pieri, E. (2019). Pemframing an Media dan Ancaman
Pandemi Global: Krisis Ebola di Inggris. Media dan Respon Kebijakan.
Sociological Research Online, 24 (1), 73-92.
Stryker, JE (2010). Komunikasi dan Jurnalisme
Kesehatan. Dalam W. Donsbach (Eds.). Ensiklopedia teori komunikasi
internasional (hlm. 2096–2100). Penerbitan Blackwell.
Vasterman, PLM, & Ruigrok, N. (2013). Alarm
pandemi di media Belanda: Liputan media tentang pandemi influenza A (H1N1) 2009
dan peran sumber ahli. Jurnal Komunikasi Eropa, 28 (4), 436-453.
https://doi.org/10.1177/0267323113486235
Viswanath, K. (2010). Komunikasi Kesehatan. Dalam W.
Donsbach (Eds.). Ensiklopedia teori komunikasi internasional (hlm. 2073-2087).
Penerbitan Blackwell.
Wee, S., & Wang, V. (2020). China Bergulat Dengan Penyakit Misteri
Seperti Pneumonia. https:
//www.nytimes.com/2020/01/06/world/asia/china-SARS-
pneumonialike.html
0 Comments